TEMPO.CO, Jakarta - Selain puasa Tarwiyah, umat Islam juga disunnahkan melakukan puasa Arafah sebelum 10 Dzulhijjah atau biasa dikenal sebagai Hari Raya Idul Adha. Mengutip dari islam.nu.or.id, puasa Arafah dilaksanakan pada hari Arafah, yakni tanggal 9 Dzulhijjah. Bertepatan pada saat jama’ah haji melakukan wukuf di padang Arafah.
Puasa Arafah sangat dianjurkan kepada muslim yang tidak menjalankan ibadah haji. Pasalnya, mereka yang mengerjakannya akan mendapatkan ampunan dosa setahun yang telah lalu dan setahun lagi yang akan datang.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari. Adapun hadits tersebut antara lain: "Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas" (HR Muslim).
Selain itu, puasa Arafah juga dianjurkan berdasarkan hadis nabi riwayat Imam Bukhari. Adapun hadis tersebut berbunyi "Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah, daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama dibulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : 'Ya Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah, 'Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian kembali tanpa membawa apa-apa." (HR Bukhari).
Tak hanya itu, puasa Arafah juga memiliki banyak keutamaan sehingga termasuk ke dalam puasa sunah yang dianjurkan atau sunnah muakkad. Mengutip dari ldiisurabaya.org, keutamaan puasa ini berupa pembebasan dari api neraka. Sebagian ulama berpendapat bahwa pembebasan dari neraka pada hari Arafah diberikan Allah bukan hanya kepada jamaah haji yang sedang wukuf, melainkan kaum muslimin yang tidak sedang menjalankan haji.
Oleh sebab itu, seperti dijelaskan dari uin-alauddin.ac.id, puasa pada hari ‘Arafah dianjurkan supaya mereka turut merasakan nikmat yang dirasakan para jamaah haji saat menjalankan ibadah di tanah suci.
Namun demikian, bagi mereka sedang melaksanakan haji, maka hukumnya diperbolehkan berpuasa ataupun tidak. Ketentuan ini merujuk pada hadis Nabi Muhammad saw yang tidak berpuasa ketika wukuf di Arafah. Sementara itu, isteri nabi sendiri, Aisyah r.a. berpuasa ketika sedang melaksanakan ibadah tersebut.
Puasa Arafah tidak jauh berbeda dengan ibadah puasa biasa. Perbedaannya hanya terletak pada niat puasa Arafah. Mengutip dari dompetdhuafa.org, adapun niat puasa tersebut sebagai berikut.
Niat puasa Arafah
Nawaitu Shouma Arofah Sunnatan Lillahi Ta’aala
Artinya, “Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah ta’ala“.
Sama seperti puasa pada umumnya, puasa arafah dimulai dengan niat puasa, yang kemudian disunahkan untuk makan sahur. Kemudian menahan diri dari segala yang membatalkan puasa hingga waktu maghrib tiba.
Kendati demikian, lantaran adanya perbedaan penentuan awal bulan Dzulhijjah antara pemerintah Arab Saudi dan Indonesia, maka umat Islam Indonesia melaksanakan puasa Arafah dengan ketetapan pemerintah setempat.
Pilihan Editor: Inilah Keistimewaan Puasa Arafah