Masjid Syuhada Yogyakarta, Masjid Para Pahlawan Dibangun dengan Rp 1 Juta

Reporter

Masjid Syuhada. foto/facebook.com
Masjid Syuhada. foto/facebook.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sejarah berdirinya Masjid Syuhada di Yogyakarta dekat dengan perjuangan kemerdekaan tanah air. Bangunan suci ini diwujudkan sebagai monumen mengenang  para syuhada yang telah gugur dalam upaya mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara.

Masjid ini juga menyimpan misi yang tersirat supaya generasi penerus mampu mewujudkan amanat tersebut. Kabarnya Masjid Syuhada merupakan ide Presiden Soekarno pada para pejuang kemerdekaan yang bertempur di Yogyakarta.

Bangunan sejarah ini terletak di Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Konon peletakan batu pertama dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 23 September 1950. Sri Sultan mewakili para pejabat pemerintah RI lainnya yang tidak bisa hadir menghadiri acara tersebut. Selanjutnya peresmian masjid ini digelar pada 20 September 1952. Sejak diresmikan hingga kini, tanggal 20 September diperingati hari milad Masjid Syuhada.

Diperkirakan dalam proses pembangunannya memakan dana senilai Rp 1 juta. Namun, total pengeluaran pembangunan hingga akhir menghabiskan dana sejumlah Rp. 1.261.499,58. Ditambah dana pengadaan inventaris masjid sekitar Rp 127.791,65.

Sementara itu desain Masjid Syuhada menggabungkan berbagai nilai arsiktektur luar negeri. Salah satunya bentuk kubah, mengambil bentuk bangunan yang berkembang di Persia dan India masa itu. Bentuk kubahnya bundar, berada ditengah sebagai kubah utama dan dikelilingi kubah kecil di empat sudutnya.

Masjid ini terkenal dengan sebutan masjid nasionalis, berdiri megah dengan 3 lantai. Lantai dasar terdapat ruangan kuliah. Sekitar 20 jendela terpasang di lantai ini. Jumlah jendela tersebut mengisyaratkan 20 sifat Allah SWT. Di lantai dua sebagai ruang shalat bagi kaum perempuan. Pada bagian ini pun terdapat  dua tiang penyangga. Maksudnya jumlah tiang tersebut menggambarkan i’tikad baik manusia.

Lantai paling atas Masjid Syuhada Yogyakarta dijadikan sebagai ruang shalat utama. Pada mihrabnya terdapat lima lubang angin. Jumlah lubang ini pun mengisyaratkan makna jumlah rukun islam.

RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION

Baca: Masjid Patimburak, 150 Tahun Rekam Jejak Islam di Tanah Papua Barat