Tradisi Unik Warga Ogan Komering: Halal Bihalal di Makam

Warga melakukan tahlilan bersama dalam tradisi Nyadran di makam Kaliadem, Sleman, Yogyakarta, 20 Juni 2014. Tradisi Nyadran adalah tradisi yang dilakukan masyarakat muslim di Jawa menjelang datangnya bulan suci Ramadhan dengan berziarah ke makam leluhur. TEMPO/Suryo Wibowo
Warga melakukan tahlilan bersama dalam tradisi Nyadran di makam Kaliadem, Sleman, Yogyakarta, 20 Juni 2014. Tradisi Nyadran adalah tradisi yang dilakukan masyarakat muslim di Jawa menjelang datangnya bulan suci Ramadhan dengan berziarah ke makam leluhur. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Palembang-Warga di sejumlah desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan memiliki tradisi unik setiap Idul Fitri, yakni mengadakan halal bihalal di area pemakaman umum. Tradisi  tersebut konon telah berlangsung turun temurun sejak puluhan tahun silam.

Zainal, warga pendatang di Lorok Pakjo, Palembang, mengatakan  memilih pulang kampung pada Lebaran hari kedua ke Desa Sukaraja, Ogan Komering Ilir untuk berziarah sekaligus berhalalbihalal bersama perantau dari daearah lain. "Di pemakaman itulah tempat saling minta maaf setelah lama tidak bertemu," kata Zainal, Selasa, 21 Juli 2015.

Menurut dia berziarah di pemakaman umum  desa kelahiran leluhurnya itu terasa cukup nyaman karena panitia telah menyiapkan minuman dan makanan untuk menyambut kedatangan para perantau yang mudik. Makanan dan minuman itu diberikan secara gratis, sehingga rasa kekeluargaan sangat terasa kental.

Berbeda dengan halal bihalal umumnya yang digelar sepekan usai Lebaran di hotel ataupun di gedung pertemuan, para perantau asal Desa Sukaraha dan Sriguna, Kecamatan Teluk Gelam, Ogan Komring Ilir itu memilih menggelar temu kangen  sehari setelah salat Idul Fitri di dua makam desa setempat.