Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pada halal bihalal tahun ini ribuan warga berdesak-desakan menuju ke lokasi makam yang berjarak sekitar 6 kilometer dari Kota Kayu Agung, Ibu Kota Ogan Komering Ilir.
Fitrika, tokoh masyarakat setempat menjelaskan halal bihalal di tengah pemakaman sudah berlangsung sejak sebelum Indonesia merdeka. Namun dalam tujuh tahun terakhir ini kemasan acaranya ditata dan dikoordinasi dengan lebih rapi. Sehingga meskipun peziarah datang pada waktu yang hampir bersamaan tidak menimbulkan keributan ataupun kecelakaan. “Biasanya penyelenggara mendapatkan bantuan biaya dari pemudik dan para penguasaha” kata Fitrika.
Fitrika menambahkan panitia sengaja menjamu para peziarah secara cuma-cuma untuk meneruskan tradisi leluhur mereka yang senang akan kebersamaan dalam kondisi apa pun juga. Selain itu panitia tahu bahwa sebagian besar peziarah datang dari luar desa sehingga perlu dijamu.
Meski harus menghabiskan dana yang tidak sedikit, namun panitia mengaku tidak rugi karena dana buat halal bihalal itu berasal dari sumbangan putra desa yang terbilang sukses di perantauan. Selain itu panitia juga membagikan amplop kosong kepada peziarah yang berkemungkinan berniat untuk membantu pembiayaan.
PARLIZA HENDRAWAN