Kisah Perajin Beduk Bersaing dengan Speaker:Ini Tradisi Wali

Pembuat beduk mengencangkan baut pada sejumlah beduk yang siap dipasarkan di kawasan Grendeng, Tangerang, Banten, (28/7). Menjelang lebaran pesanan beduk meningkat 10 kali lipat. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Pembuat beduk mengencangkan baut pada sejumlah beduk yang siap dipasarkan di kawasan Grendeng, Tangerang, Banten, (28/7). Menjelang lebaran pesanan beduk meningkat 10 kali lipat. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Bunyi suara mesin pemotong kayu terdengar kencang dari sebuah gudang di Desa Gemulung Lebak, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon. Seorang pekerja terlihat tengah memotong kayu mahoni sesuai dengan ukuran tertentu. Tohari--nama pria itu--sedang membuat rangka sebuah beduk.

Di sisi lain bangunan itu, Sadili tengah meluruskan kulit kerbau yang bakal dipasang di rangka beduk. “Baru empat hari puasa, omzet kami sudah lumayan,” kata Mabruri, 34 tahun, pemilik usaha beduk tersebut. Dalam sepekan terakhir, mereka mengirim 15 beduk pesanan ke pelbagai daerah di Indonesia. Sedangkan pada hari biasa, pesanan yang datang maksimal 10 buah dalam sebulan.

Ini buah kerja keras Tohari menggunakan media Internet untuk memasarkan produknya, meski cara penjualan dari mulut ke mulut tetap dilakukannya. "Semua jaringan yang ada dimanfaatkan untuk memasarkan beduk made in Gemulung, Lebak, tersebut," kata lulusan pesantren di Kempek, Kabupaten Cirebon, tersebut.

Dia mengakui beduk mendapat tantangan dalam persaingan dengan alat komunikasi modern, mulai dari pengeras suara, televisi, hingga radio. Namun para perajin, kata dia, tetap yakin beduk masih punya tempat di masyarakat. “Tidak terpengaruh, Masjid At-Taqwa saja hingga kini masih menggunakan beduk,” kata Mabruri, merujuk pada nama masjid yang merupakan masjid agung di Alun-alun Kota Cirebon itu.

Hal ini juga diamini perajin beduk di Desa Mondo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Imam Muksin, 67 tahun. Menurut dia, ada spirit yang membuatnya tetap bertahan meski menghadapi pasang-surut pesanan. Apalagi sejumlah masjid mulai beralih ke pengeras suara elektronik sebagai penanda waktu salat.