Ketahui Waktu yang Paling Utama untuk Itikaf di Bulan Ramadan

Reporter

Editor

Laili Ira

Seorang muslim membaca Al-Quran di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 20 April 2022. Itikaf merupakan kegiatan berdiam diri di dalam masjid pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. TEMPO/Subekti
Seorang muslim membaca Al-Quran di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 20 April 2022. Itikaf merupakan kegiatan berdiam diri di dalam masjid pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, JakartaBulan Ramadan menjadi kesempatan bagi umat muslim untuk membiasakan diri melakukan kebaikan agar mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda. 

Salah satu amalan yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadan adalah Itikaf, yakni ibadah dengan cara berdiam diri di masjid dan melakukan berbagai amalan baik. Lalu, kapan waktu yang paling utama untuk melakukan Itikaf?

Secara etimologis, Itikaf merujuk pada menetap dan menahan diri untuk tetap bersama-Nya. Sedangkan dalam konteks syariat, Itikaf berarti berdiam diri di masjid dengan niat ibadah kepada Allah SWT.

Itikaf bukan hanya sekedar berdiam diri, tetapi juga merenungkan dan berdzikir kepada Allah SWT dengan memohon ampunan serta rahmat-Nya. Ibadah ini dilakukan dengan mengucapkan dzikir dan asmaul husna.

Nah, selanjutnya artikel ini akan membahas mengenai waktu yang paling utama untuk menjalankan Itikaf, niat, dan tata cara melaksanakan Itikaf, serta hukum dan manfaat menjalani ibadah ini. Simak penjelasan lengkapnya dibawah ini!

Waktu yang Paling Utama untuk Menjalani Itikaf

Ibadah Itikaf memiliki keutamaan yang sangat besar, khususnya jika dilakukan selama malam Lailatul Qadar. 

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa melaksanakan Itikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadan setara dengan beritikaf bersama beliau.

Waktu yang paling diutamakan untuk menjalani Itikaf bervariasi menurut pandangan para ulama dalam Islam. 

Menurut pandangan Al-Hanafiyah, Itikaf dapat dilakukan dalam waktu yang singkat tanpa batasan waktu yang ditentukan, sedangkan menurut al-Malikiyah, Itikaf harus dilakukan minimal selama satu malam satu hari.

Dari kedua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Itikaf dapat dilakukan dalam waktu tertentu, seperti 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan seterusnya, atau dalam rentang waktu satu hari penuh (24 jam).

Niat dan Tata Cara Melaksanakan Itikaf

1. Niat Melaksanakan Itikaf

Sebagaimana halnya dengan pelaksanaan ibadah lainnya, menjalani Itikaf juga dimulai dengan sebuah niat yang tulus. Untuk memulai Itikaf, doa niat yang diajarkan adalah sebagai berikut:

"Nawaitu an a`takifa fi hadzal masjidil ma dumtu fih"

Artinya: "Saya berniat Itikaf di masjid selama saya berada di dalamnya."

Selain doa niat tersebut, terdapat doa niat alternatif yang dapat digunakan sebagaimana dikutip dari Kitab Al-Majmu karya Imam An-Nawawi:

"Nawaitul itikafa fi hadzal masjidil lillahi taala"

Artinya: "Saya berniat Itikaf di masjid karena Allah SWT."

2. Cara Melaksanakan Itikaf

Setelah mengucapkan niat, langkah berikutnya dalam menjalani Itikaf adalah berdiam diri di masjid. Namun, perlu diingat bahwa Itikaf tidak hanya berarti duduk atau diam saja.

Berdiam dalam hal ini berarti meningkatkan dzikir, refleksi, mengucapkan tasbih, atau membaca Al-Quran. Selain itu, dianjurkan pula untuk melaksanakan sholat sunnah, seperti tahiyatul masjid maupun shalat sunnah lainnya.

Saat menjalani Itikaf di masjid, sebaiknya menjauhi segala hal yang tidak bermanfaat. Ingatlah bahwa tujuan dari ibadah ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga sangat penting untuk memperbanyak amalan sunnah. Umat Muslim juga dianjurkan untuk membaca doa Itikaf berikut ini jika menjalaninya di Bulan Ramadan:

"Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa'fu 'anni"

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Engkau senang memaafkan, maka maafkanlah aku."

Hukum Melaksanakan Itikaf

Prinsip dasar hukum Itikaf adalah sunnah dan dapat dilakukan kapan saja. Namun, Itikaf dapat menjadi wajib jika seseorang membuatnya sebagai nazar. 

Di sisi lain, hukum Itikaf di masjid bisa menjadi haram jika dilakukan oleh wanita yang sudah menikah atau hamba sahaya tanpa izin dari wali.

Selain itu, meskipun izin telah diperoleh, Itikaf dapat menjadi makruh jika dilakukan oleh perempuan dengan maksud menimbulkan fitnah. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk menetapkan niat dengan sungguh-sungguh sebelum memulai Itikaf di masjid, baik pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan maupun pada waktu-waktu lainnya agar hukum Itikaf tidak berubah menjadi makruh atau bahkan haram.

Manfaat Melaksanakan Itikaf

Ibadah Itikaf membawa banyak hikmah dan manfaat, terutama jika dilakukan selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. 

Salah satu hikmah utama dari Itikaf adalah untuk menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dan memperdalam rasa ketaatan serta ibadah kepada Allah SWT.

Selain itu, terdapat beragam manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Itikaf, antara lain:

  • Mengundang berbagai macam kebaikan dan rahmat dari Allah SWT.
  • Membawa ketenangan, ketentraman, dan cahaya spiritual yang menerangi hati.
  • Memberikan kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa, terutama jika dilakukan pada malam Lailatul Qadar.
  • Memungkinkan untuk merenungi masa lalu serta merencanakan langkah-langkah ke depan.
  • Membantu seseorang menjadi pribadi yang lebih dicintai oleh Sang Pencipta.

Demikianlah penjelasan mengenai Itikaf. Melalui niat yang tulus dan pelaksanaan Itikaf dengan penuh keikhlasan, semoga amalan kita diterima oleh Allah SWT.

GHEA CANTIKA NOORSYARIFA

Pilihan Editor: I'tikaf: Pengertian, Niat, Syarat, dan Tata Caranya