I'tikaf: Pengertian, Niat, Syarat, dan Tata Caranya

Reporter

Editor

Laili Ira

Seorang muslim membaca Al-Quran di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 20 April 2022. Sebelumnya, sudah dua tahun Itikaf tidak bisa dilaksanakan di Masjid Istiqlal akibat pandemi Covid-19. TEMPO/Subekti.
Seorang muslim membaca Al-Quran di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 20 April 2022. Sebelumnya, sudah dua tahun Itikaf tidak bisa dilaksanakan di Masjid Istiqlal akibat pandemi Covid-19. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, JakartaI’tikaf adalah salah satu ibadah di bulan Ramadan yang dianjurkan dikerjakan pada 10 malam terakhir, utamanya pada malam-malam ganjil.

I'tikaf dilakukan sebagai bentuk pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT dengan tujuan untuk memperdalam hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.

Agar lebih mengetahui pengertian i'tikaf, niat, syarat dan tata caranya, berikut ini informasinya untuk Anda.

Pengertian I’tikaf

Secara harfiah i’tikaf berarti menahan diri atau mengisolasi diri. Dilansir dari website muhammadiyah or.id, i’tikaf adalah aktivitas berdiam diri masjid dan melakukan amalan-amalan ibadah dalam satu waktu tertentu untuk mengharapkan ridho dari Allah.

Anjuran untuk melakukan I’tikaf terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 187:

Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri´tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Selain itu, Rasulullah SAW juga sangat menganjurkan i’tikaf dilakukan pada bulan Ramadan terutama di sepuluh malam terakhir.

Hal ini disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, ia berkata Rasulullah SAW selalu beri’tikaf di masjid pada sepuluh hari penghabisan di bulan Ramadan.

Durasi i’tikaf pun dilaksanakan pada waktu yang sebentar tapi tidak tentukan batasan lamanya, akan tetapi ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa ibadah ini dilakukan dalam waktu minimal satu malam.

Kemudian, Majelis Tarjih menyimpulkan bahwa dengan mempertumbangkan dua pendapat tersebut, i’tikaf bisa dilaksanakan dalam beberapa waktu, misal dalam 1, 2, atau 3 jam dan seterusnya, boleh juga dilaksanakan sehari semalam atau 24 jam.

Kemudian untuk tempat i’tikaf, dalam Q.S Al-Baqarah ayat 187, dijelaskan bahwa i’tikaf dilakukan di masjid.

Niat I’tikaf

Adapun niat i’tikaf yang dapat dibaca untuk memantapkan hati, yakni

Nawaitu an a’takifa fi hadzal masjidi ma dumtu fih

Artinya: “Saya berniat i’tikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.

Syarat I’tikaf

Berikut ini adalah 3 syarat i’tikaf di antaranya:

  1. Beragama Islam, artinya orang non muslim tidak sah melakukan i’tikaf.
  2. Berakal, orang yang tidak berakal tidak sah melakukan i’tikaf.
  3. Suci dari hadas besar.

Tata Cara I’tikaf

Sebelum melaksanakan i’tikaf, seorang muslim harus mempersiapkan diri secara fisik dan mental. Menyiapkan perlengkapan fisik seperti matras, bantal, hingga perlengkapan mandi. 

Sedangkan, persiapan mental meliputi persiapan diri untuk memperbanyak beribadah dan memohon pengampunan dari Allah.

  • Untuk melakukan i’tikaf Anda harus mengetahui waktu dan tempat melakukannya. i’tikaf biasanya dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Adapun tempat yang paling umum untuk i’tikaf adalah masjid, tetapi tempat ibadah lainnya juga dapat digunakan.
  • Setelah memastikan tempat dan waktunya, sebelum memulai i’tikaf, Anda harus fokus pada ibadah, termasuk salat, dzikir, tilawah Al-Qur'an serta merenungkan makna agama dan hidup.
  • Selama i’tikaf sebaiknya menghindari segala bentuk gangguan dari dunia luar, termasuk percakapan yang tidak bermanfaat dan penggunaan teknologi.
  • Selama i’tikaf tidak boleh keluar masjid kecuali untuk keperluan mendesak seperti ke toilet dan berwudhu.
  • Terakhir, mengikuti contoh Rasulullah SAW dalam menjalankan i’tikaf, baik dari segi amalan, maupun etika merupakan tata cara yang sangat dianjurkan

Dengan memahami pengertian, manfaat dan tata cara pelaksanaan i’tikaf, umat Islam diharapkan dapat mengambil manfaat spiritual yang mendalam dari praktik ibadah ini karena merupakan kesempatan yang berharga untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Selain itu, ibadah ini juga memperoleh pahala yang besar dari Allah SWT. Itulah dia informasi mengenai pengertian, niat, syarat dan tata cara i’tikaf. Semoga bermanfaat, ya.

AULIA ULVA

Pilihan Editor: 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga, Begini Kisahnya