Ramadan di Bali, Junjung Toleransi dan Lintas Agama Sama-sama Berburu Takjil

Umat Islam menggelar makan bersama atau megibung saat berbuka puasa di Masjid Baitul Makmur, Denpasar, Bali, Jumat 8 April 2022. Kegiatan megibung yang digelar saat waktu berbuka puasa tersebut untuk menyemarakkan bulan Ramadhan 1443 Hijriah dan sekaligus ajang menjalin silaturahmi. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Umat Islam menggelar makan bersama atau megibung saat berbuka puasa di Masjid Baitul Makmur, Denpasar, Bali, Jumat 8 April 2022. Kegiatan megibung yang digelar saat waktu berbuka puasa tersebut untuk menyemarakkan bulan Ramadhan 1443 Hijriah dan sekaligus ajang menjalin silaturahmi. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Merayakan bulan Ramadan di Bali, meluruhkan keberagaman dan mempertegas makna toleransi.

Pada 2024 hari pertama puasa bertepatan dengan perayaaan Nyepi di Bali, dua tradisi yang sangat berbeda namun dapat berjalan dengan harmonis, lekatnya nilai toleransi dan saling menghormati membuat umat muslim di Bali tahun ini merayakan puasa dalam hening saat Bali sedang menyepi. Namun tidak melunturkan makna dan nilai yang terkandung di dalamnya. 

Ramadan telah dirayakan bertahun-tahun di Bali sejak kedatangan Islam ke pulau seribu pura, sehingga masyarakat Bali telah dekat dengan setiap tradisi dan budaya saat bulan puasa Ramadhan dilaksanakan. 

Hasanah Mulia Dewi salah seorang umat muslim di Desa Dalung, Badung, Bali menjelaskan perbedaan merayakan Ramadan di Bali, “Kalau waktunya sahur biasanya ada anak-anak yang keliling-keliling ya, klotekan bawa bedug bangunin orang sekampung. Tapi kalau di Bali sepertinya nggak ada, atau mungkin ada tapi hanya sebagian kecil dilingkungan tertentu," katanya kepada Tempo, Rabu, 20 Maret 2024.

Hasanah menambahkan. "Karena kita kan harus lihat lingkungan sekitar juga, jangan sampai karena kita mau sahur, justru menganggu waktu tidur umat lain”. 

Sementara itu, dalam pengamatan Tempo.co di Bali pun tidak ketinggalan dari riuhnya fenomena berburu takjil dari warga lintas agama. Menjelang sore, pasar hingga tepi jalan di Bali akan ramai dengan penjual takjil, kegiatan sosial bagi-bagi makanan juga kerap dilakukan. “Sore-sore rame banget yang jualan, jadi kita bisa berburu takjil,” kata dia.

Hasanah menyebut  aktivitas ibadah umat muslim juga melibatkan peran serta umat Hindu. “Nanti di waktu solat tarawih, biasanya umat muslimnya fokus ibadah, dan untuk mobilisasi parkir dan keamanan itu dijaga oleh saudara-saudara kita umat Hindu, begitu juga nanti ketika waktunya hari raya untuk solat Idul Fitri.” 

Perayaan bulan puasa Ramadan di Bali memiliki warnanya sendiri dan telah menjadi momentum dalam meningkatkan kualitas diri, mempererat toleransi hingga waktu untuk saling berbagi kebahagian.

Miliki Masjid Tertua Di Bali

Kampung Muslim di Bali, Desa Gelgel memiliki masjid tertua di Bali yang bernama Masjid Nurul Huda yang berlokasi di Desa Gelgel, Klungkung, Bali.

Tidak ada yang menunjukkan tempat ibadah ini berbeda dari masjid pada umumnya. Berdiri megah dan nyata sekali merupakan bangunan baru. Hanya, menara setinggi 17 meter masih berciri lawas. Juga masih lengkap dengan pintu kayu berukir. “Baru direnovasi dan tidak ada bangunan lama yang tersisa,” ujar penjaga masjid sebagaimana dilansir dari Tempo.

Bangunan masjid pertama dibangun pada akhir abad ke-13 dan merupakan jejak masuknya Islam ke Pulau Dewata. Sejak 1970-an, renovasi terus dilakukan hingga kini dan menjelma menjadi sebuah masjid nan megah.

“Yang tertinggal (dari zaman dulu) hanya mimbarnya,” ujar salah seorang imam masjid. Di dalam masjid itu memang ada sebuah mimbar dari kayu berukir, yang berdiri di depan tempat pemberi khotbah.

Di sekitar masjid pun menjadi kampung dengan warga muslim. Ada sekitar 300 kepala keluarga. Kini, bahkan, tidak terbatas pada warga Bali, tapi ada juga kaum pendatang yang kebanyakan beragama Islam tinggal di kampung tersebut.

Masjid berada di jalan Waturenggong, yang termasuk jalan utama di Kampung Gelgel. Di ujung jalan, berdiri pura lengkap dengan penjor di bagian depannya. Kehidupan pemeluk Islam dan Hindu berjalan dengan harmonis.

Selain itu, di samping dan di seberang masjid dapat dijumpai kedai-kedai dengan label halal. Tetap dengan makanan khas Bali, seperti nasi campur yang dijamin aman dikonsumsi kaum muslim.

NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI  I  DANAR TRIVASYA FIKRI

Pilihan Editor: Mengenal Kampung Muslim Candi Kuning Tabanan Bali, Ada jejak Wali Pitu