Mengenal Kampung Muslim Candi Kuning Tabanan Bali, Ada Jejak Wali Pitu

Reporter

Masjid Besar Al Hidayah di Kampung Muslim Candikuning, Tabanan, Bali. Google Street View
Masjid Besar Al Hidayah di Kampung Muslim Candikuning, Tabanan, Bali. Google Street View

TEMPO.CO, Jakarta - Pada masa kolonial Belanda, Pemerintah Hindia Belanda mengembalikan fungsi hutan yang ada di Bali Timur. Langkah tersebut dilakukan dengan cara memindahkan sebagian penduduk untuk tinggal dan diizinkan membuka lahan hutan di Kawasan Bedugul sebagai ganti tanah mereka di Bali Timur.

Melansir dari penerbit.lipi.go.id, berawal dari lokasi pemindahan tersebut, orang-orang mengenal kawasan Desa Candi Kuning dengan sebutan Bedugul. Saat ini, kawasan Bedugul yang berlokasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali menjadi salah satu destinasi wisata dataran tinggi Bali yang digemari wisatawan.

Nama Bedugul berasal dari kata Bedug dan Kukul. Kedua kata tersebut adalah perpaduan antara budaya Islam dan Hindu yang ada di Desa Candi Kuning, tak jauh dari Danu Bratan dan Pura Ulun Bratan.

Mengutip laman Unkris, Desa Candi Kuning tempat Pura Bedugul berada itu terbagi atas enam banjar, yaitu Banjar Batusesa, Bukitcatu, Candikuning I, Candikuning II, Kembangmerta, dan Banjar Pemuteran.

Sampai saat ini, masyarakat Islam dan Hindu di Desa Candi Kuning hidup berdampingan dan tidak pernah mengalami konflik keagamaan. Bahkan, komunitas generasi pertama Islam Candi Kuning menamai dirinya sebagai marga Bali Islam Candi Kuning atau BICK. Penyebutan itu digunakan sebagai penanda bahwa mereka adalah warga Desa Candi Kuning.

Makam Tokoh Besar Islam di Candi Kuning

Keberadaan komunitas Islam di Desa Candi Kuning tidak terlepas dari seorang tokoh Islam dari Timur Tengah bernama Habib Umar Bin Maulana Yusuf Al-Maghribi. Ia diyakini sebagai salah seorang Wali Pitu atau tujuh tokoh penyebar agama Islam di Pulau Bali.

Habib Umar diyakini meninggal saat bersemedi di puncak Bukit Tapak yang berlokasi di Kawasan Cagar Alam Batukaru. Sampai sekarang, makamnya masih berada di area tersebut.

Akses untuk menuju ke makam itu, pengunjung harus melalui pintu masuk Kebun Raya Eka Karya Bedugul dengan ditemani pemandu lokal. Di sepanjang jalan menuju area makam, pengunjung akan melalui ratusan anak tangga terbuat dari susunan kayu dan akar pohon. Jalan menuju makam juga cukup curam dan licin, sehingga para peziarah harus memiliki fisik kuat untuk sampai di lokasi tersebut.

RISMA DAMAYANTI 

Baca: Ini Masjid Tertua di Bali yang Berada di Tengah Kampung Muslim

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.