Alasan Medis Ibu Menyusui Tak Wajib Puasa Ramadan

Relawan Layanan Kesehatan Cuma-cuma Dompet Dhuafa memeriksa kesehatan ibu menyusui penyintas Covid-19 di RW 07 Kelurahan Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis, 5 Agustus 2021. Monitoring dan edukasi kesehatan ini dilakukan dalam rangka Pekan ASI Sedunia. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Relawan Layanan Kesehatan Cuma-cuma Dompet Dhuafa memeriksa kesehatan ibu menyusui penyintas Covid-19 di RW 07 Kelurahan Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis, 5 Agustus 2021. Monitoring dan edukasi kesehatan ini dilakukan dalam rangka Pekan ASI Sedunia. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Ramadan merupakan waktu yang spesial bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk bagi ibu menyusui. Namun, muncul pertanyaan tentang keamanan dan dampak berpuasa bagi ibu dan bayi.

Bolehkah Ibu Hamil Berpuasa?

Menurut kepercayaan Islam, ibu menyusui mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa selama Ramadan. Durasi berpuasa yang cukup lama, yakni 12 hingga 16 jam kemungkinan dapat memberatkan ibu menyusui, atau bahkan membahayakan kesehatan ibu dan bayi.

Maka, dikutip dari NU Online, para ulama menyatakan bahwa ibu menyusui diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di lain hari atau membayar fidyah.

Di samping itu, jika sang ibu ingin tetap berpuasa, maka sangat diperbolehkan. Namun keputusan ini dapat bergantung pada usia bayi dan kebutuhannya, serta kondisi kesehatan ibu. Diskusi dengan keluarga, tenaga medis, atau penasihat keagamaan bisa membantu dalam membuat keputusan yang tepat.

Efek pada Bayi

Dilansir dari Australian Breastfeeding Association, penelitian menunjukkan bahwa puasa tidak secara signifikan mempengaruhi kandungan utama atau pertumbuhan bayi yang eksklusif menyusui.

Walaupun ada perubahan sementara dalam komposisi ASI selama puasa, tidak ditemukan dampak negatif yang berarti pada bayi. Bayi tetap mendapatkan nutrisi yang diperlukan karena tubuh ibu menyesuaikan dan menggunakan energi dari simpanan yang ada untuk memproduksi ASI.

Demikian pula, tidak ada perbedaan signifikan yang terlihat pada pertumbuhan bayi yang diberi ASI eksklusif ketika ibunya berpuasa Ramadhan.

Efek pada Air Susu Ibu

Studi mengindikasikan bahwa puasa dapat menyebabkan perubahan kecil pada kandungan vitamin dan mikronutrien dalam ASI, seperti penurunan kadar zink, magnesium, dan potassium. Namun, hal ini sangat bergantung pada simpanan nutrisi tubuh ibu. ASI akan tetap menjadi sumber nutrisi yang baik bagi bayi meskipun terjadi penurunan mikronutrien selama jam puasa.

Efek pada Kesehatan Ibu

Berpuasa dapat menimbulkan tantangan, terutama risiko dehidrasi dan penurunan gula darah jika dilakukan dalam waktu yang lama. Tanda-tanda dehidrasi seperti merasa haus, pusing, dan lelah harus diwaspadai.

Jika ibu mulai merasakan efek negatif dari puasa, sangat disarankan untuk membatalkan puasa demi kesehatan. Namun, banyak ibu menyusui mampu berpuasa tanpa masalah, asalkan mengonsumsi cukup cairan di waktu sahur dan berbuka serta mengurangi aktivitas fisik berat.

Tips Bagi Ibu Menyusui yang Ingin Berpuasa

Berikut adalah sejumlah tips yang dapat diterapkan bagi ibu menyusui yang ingin tetap menjalankan kewajibannya untuk berpuasa selama Ramadan.

  • Ibu disarankan untuk meningkatkan asupan cairan selama menjelang puasa dan di waktu non-puasa untuk memastikan hidrasi yang baik.
  • Mengurangi aktivitas dan tetap di dalam ruangan yang sejuk untuk membantu mencegah dehidrasi.
  • Jangan lewatkan sahur, dan minum yang banyak saat berbuka.
  • Pastikan bayi tetap terhidrasi dengan baik dengan menyusui sesuai kebutuhan.
  • Ibu harus memperhatikan output popok bayi sebagai indikator hidrasi yang baik.
  • Bila perlu, konsumsi suplemen dan vitamin untuk membantu menambah nutrisi.
  • Konsultasi dengan dokter sebelum memulai puasa untuk memastikan kondisi kesehatan ibu dan bayi tetap optimal.
  • Jangan memaksakan diri berpuasa, dan bicarakan dengan dokter jika kondisi ibu atau bayi mengalami penurunan.

Pilihan Editor: Cara Melakukan Olahraga yang Baik saat Puasa Ramadan