Lapak Buka Puasa Populer Kampung Ramadan di Medan, Ada Kupon Total Rp 500 Ribu

Susana Kampung Ramadan di Kampung Aur, Medan, pada 3 April 2022. Dok. Panitia Pasar Ramadan Kampung Aur
Susana Kampung Ramadan di Kampung Aur, Medan, pada 3 April 2022. Dok. Panitia Pasar Ramadan Kampung Aur

TEMPO.CO, Malang - Ada banyak pilihan tempat membeli hidangan buka puasa di Kota Medan, Sumatera Utara. Salah satu lapak yang populer bernama Kampung Ramadan SR Center di Kampung Aur, Lingkungan IV Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun.

Seorang pemuda penggerak Kampung Ramadan Kampung Aur, Soni Muhammad Nor mengatakan, nama SR Center adalah singkatan dari Syaiful Ramadhan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan. Kampung Ramadan di Kampung Aur atau Kampung Bambu adalah yang kedua sejak lapak buka puasa ini dimulai pada Ramadan tahun lalu.

Kampung Ramadan SR Center yang pertama pada 2021 berlangsung di Jalan Pantai Burung, Lingkungan II Kelurahan Aur. "Pelaksanaan Kampung Ramadan ini untuk membantu pemerintah dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, khususnya kuliner di Medan," kata Soni kepada Tempo, Sabtu, 16 April 2022. "Insya Allah akan terus berjalan setiap Ramadan."

Kampung Ramadan tersebut buka selama 25 hari dengan tempat bergilir di seluruh lingkungan Kelurahan Aur. Dengan begitu, pelaku UMKM di sepuluh lingkungan kelurahan itu mendapat kesempatan yang sama untuk berusaha.

Susana Kampung Ramadan di Kampung Aur, Medan, pada 3 April 2022. Dok. Panitia Pasar Ramadan Kampung Aur

Syaiful Ramadan berharap Kampung Ramadan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat yang lesu di masa pandemi dan tetap bergairah menjalani puasa serta menyambut Lebaran. Masyarakat yang tidak berjualan dapat menikmati makanan dan minuman buka puasa yang dijajakan di Kampung Ramadan dengan menukarkan kupon seharga Rp 5.000. Panitia Kampung Ramadan membagikan 100 kupon setiap hari.

Ketua Panitia Kampung Ramadan, Reza Anshori mengatakan, saat pertama buka di awal Ramadan cuma ada delapan lapak dagang karena wilayah Kampung Aur terendam banjir. Kini, Kampung Ramadan diisi 20 pedagang, baik warga Kampung Aur maupun dari luar. "Semua tetap akur," ujarnya.

Mayoritas hidangan buka puasa yang dijual berupa gorengan, seperti risol, bakwan, kue BS (mirip weci atau ote-ote di Jawa Timur), serta sala bulek alias sabu yang biasa tersaji saat lebaran. Harga tiga gorengan Rp 2.000. Ada pula lontong sayur, miso kampung, bakso, serabi, gado-gado, bihun, kwetiau goreng, bubur cendil, dan kolak. Minumannya antara lain cendol, es campur, dan sop buah.

Susana Kampung Ramadan di Kampung Aur, Medan, pada 3 April 2022. Dok. Panitia Pasar Ramadan Kampung Aur

"Bukan cuma menjual makanan dan minuman, ada pula yang berdagang sepatu monza," kata Reza. Nama "monza" (dibaca monja) adalah singkatan dari Mongonsidi Plaza, yang merujuk nama populer pasar pakaian bekas impor di Kota Medan.

Orang Medan lebih mengenal pajak sebagai pengganti nama pasar. Kebanyakan pakaian bekas berasal dari Kota Tanjungbalai, kota pelabuhan di Sumatera Utara yang secara geografis letaknya relatif dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ada tiga pasar atau pajak pakaian monza terbesar di Kota Medan, yaitu pajak monza di Jalan Mongonsidi, Polonia; Pajak Sambu di Jalan Sutomo di pusat kota; dan Pajak Melati alias Pamela di Jalan Gembira, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan.

Di Kampung Ramadan Kampung Aur, dari beraneka ragam hidangan buka puasa, satu yang paling laris adalah sala bulek atau sabu. Nama sala bulek berasal dari bahasa Minang. Sala berarti gorengan dan bulek berarti bulat. Jadi, gorengan yang berbentuk bulat.

Gorengan sala bulek khas Kampung Ramadan di Kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Dok. Panitia Pasar Ramadan Kampung Aur

Gorengan sabu terbuat dari adonan tepung beras, daun kunyit, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, cabai merah giling, dan ikan asin. Sabu paling cocok dimakan bersama lontong, gulai pakis, sate, dan nasi beserta sayur.

Sejatinya, menurut Reza, sabu diadopsi dari sala lauak (gorengan lauk), kuliner khas Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Wajar warga Kampung Aur mengadopsinya lantaran mayoritas penduduk kampung di tepi Sungai Deli dan dekat dengan Istana Maimun itu bersuku Minang.

Sabu di Kampung Aur sudah dimodifikasi sehingga punya ciri khas tersendiri. Ada dua pembuat sabu populer di Kampung Aur. Mereka adalah Emi, 64 tahun, dan Yunita, 50 tahun. Nama beken mereka adalah Emi Sabu dan Yunita Sabu.

Sama-sama membuat sabu, masing-masing menghasilkan kelezatan yang berbeda. "Dua-duanya enak dan bikin ketagihan," demikian klaim Soni dan Reza.

Seorang pedagang sala bulek atau sabu, Yunita sedang menggoreng sabu di Kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Dok. Panitia Pasar Ramadan Kampung Aur

Baca juga:
Safari Ramadan UMM Mengisahkan Rumah Sakit Pernah Dianggap Barang Kafir