TEMPO.CO, Malang - Safari Ramadan yang berlangsung di aula Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang mengetengahkan kisah unik yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batu, Nurbani Yusuf yang saat itu berceramah menyampaikan cerita tentang rumah sakit yang pernah dianggap barang atau produk buatan orang kafir pada masa lalu.
Nurbani mengisahkan seorang kiai terkenal di Caruban, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Ulama itu bernama Kiai Haji Hambali Abu Sujak Ar-Ruslani atau Kiai Sujak, populer juga dengan nama Mbah Hambali. "Atas petunjuk sang gurunya, Mbah Hambali membangun pondok pesantren bernama unik, Alfrustasiyah di Caruban, Desa Gedongmulyo, Lasem," kata Nurbani pada Rabu, 6 April 2022.
Pembangunan pondok pesantren ini ditujukan bagi orang-orang yang mengalami masalah kejiwaan. Waktu itu banyak ulama yang menentang jalan dakwah Mbah Hambali karena dianggap nyeleneh.
Pada 1920, Kiai Sujak hendak membangun rumah sakit. Rencana ini pun ditentang oleh banyak ulama dan kaum muslim dengan alasan semua rumah sakit punya penjajah Belanda. Dan Belanda identik dengan kebudayaan Eropa dan Kristen. Kalau Mbah Hambali membangun rumah sakit, maka sama mengikuti ajaran agama lain.
Safari Ramadan di Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang pada Rabu, 6 April 2022. Dok. Humas UMM
Dalil para penentang beralaskan hadis riwayat Abu Daud yang berbunyi barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya. Namun, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah Kiai Haji Ahmad Dahlan termasuk salah satu ulama yang mendukung ide Kiai Sujak itu.
"Banyak yang menentang usulan pembangunan rumah sakit yang disampaikan Kiai Sujak, baik dari luar maupuan kalangan Muhammadiyah sendiri," kata Nurbani yang juga dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan UMM. "Walau ditentang banyak orang, Kiai Haji Ahmad Dahlan tetap teguh mendukung rencana Kiai Sujak membangun rumah sakit."
Menurut Nurbani, Kiai Ahmad Dahlan punya alasan kuat mendukung Kiai Sujak. Kiai Ahmad Dahlan menilai pembangunan rumah sakit merupakan jalan dakwah untuk membantu umat dan jihad memerangi kemusyrikan. Gagasan Kiai Sujak juga selaras dengan pembangunan badan amal dan sekolah yang didirikan Kiai Ahmad Dahlan untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan.
“Keteguhan Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Sujak merupakan wujud kesalehan sosial yang patut kita teladani sampai kapan pun," kata Nurbani seraya menyampaikan jadilah manusia yang bermanfaat bagi sesama dan alam sekitar. Tak hanya mendukung Kiai Sujak, Staf Ahli Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Kepemimpinan UMM ini melanjutkan, Kiai Ahmad Dahlan juga mendorong Muhammadiyah mendirikan rumah sakit.
Pada kesempatan itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Fauzan mengibaratkan Ramadan sebagai stasiun persinggahan untuk introspeksi dan memperbaiki diri. "Ibarat kereta api yang berhenti di stasiun untuk memeriksa kekurangan sebelum kembali melanjutkan perjalanan panjang," ujarnya. Setelah Ramadan, harapan sikap dan sifat baik terus terbawa pada bulan-bulan selanjutnya.
Baca juga:
Safari Ramadan UMM, Ada Kisah Tauladan dari Kiai AR Fachruddin