Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata
Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata

TEMPO.CO, Malang - Banyak cara asyik menanti waktu buka puasa Ramadan. Salah satu aktivitas ngabuburit yang menarik adalah nonton pertunjukan seperti yang ditampilkan grup Teater Rumah Mata selama 9-24 April 2022.

Ketua Teater Rumah Mata Agus Susilo mengatakan, menggelar tur kecil bertajuk "Raon Teater Ramadhan" untuk mengisi bulan suci Ramadan 1443 Hijriah. Kata raon dalam bahasa Medan berarti keliling. Teks pertunjukan yang mereka suguhkan berjudul Shiraath karya Agus Susilo. Dia pun merangkap pemain bersama Ika Yovita dan Guslo. Ada Hafiz sebagai penata musik serta Ayub Badrin dan Amka sebagai dokumentator pertunjukan.

Melalui Raon Teater Ramadhan, menurut Agus, Terater Rumah Mata yang berdiri pada 1 Januari 2005 di Museum Situs Kotacina, Medan, itu, ingin berteater sekaligus berdakwah dengan melibatkan penonton untuk berintrospeksi (muhasabah) diri. Shiraath dikemas adaptif dan fleksibel dalam ruang, waktu, bentuk artistik, dan metode pengerjaannya. Cerita ini dapat dimainkan di mana dan kapan saja, melebur ke atmosfer publik penontonnya.

Agus mengatakan, lakon Shiraath juga bisa disaksikan di tengah massa yang tumpah ruah, hingga privat dengan penonton cuma satu atau dua orang. Bisa pula dipentaskan di gedung pertunjukan yang mewah, tapi dapat juga dipentaskan di teras rumah, ruang tamu, halaman masjid, trotoar, gedung perkantoran, taman, pusat perbelanjaan, hotel, dan ruang-ruang publik lainnya. "Dapat dipentaskan secara monolog, maupun berkelompok," kata Agus kepada Tempo, Kamis, 14 April 2022.

Penonton ngabuburit sambil bersantai menyaksikan pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata

Melalui Shiraath, Teater Rumah Mata mengajak setiap orang untuk masuk ke dalam diri masing-masing, mempertanyakan keberadaan dan perjalanannya, ketika seluruh elemen tubuh melakukan persaksian dan pertanggungjawaban atas jalan yang dilewati. Shiraath menceritakan perjalanan manusia dari satu dimensi ke dimensi berikutnya.

Dalam presentasi teks Shiraath, pemeranannya menggunakan karakter suami dan istri yang saling bersengkarut untuk melanjutkan perjalanan pulang. Ada semacam tanggung jawab kemanusiaan di tubuh suami untuk mengajak semua orang mempersiapkan segala yang dibutuhkan dalam perjalanan. Sosok istri apatis dan menganggap yang dilakukan suami akan sia-sia.

Bukan sekadar tampil, Teater Rumah Mata menyelipkan pesan edukatif dalam setiap cerita, termasuk pada Shiraath. Pesan itu, sesibuk dan segurau-guraunya manusia di muka Bumi, janganlah sampai melupakan sahabat terbaik manusia yang paling setia mendampingi setiap saat, yaitu maut.

"Konten cerita ini sengaja kami pilih untuk membenturkan kesadaran manusia antara tubuh, realitas, dan impian," kata Agus, alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi "Pembangunan" Medan. "Ketika orang-orang berkumpul bahagia menunggu buka puasa, kami masuk dari sisi lain dengan memberi rangsangan batin bahwa dunia ini hanya jalan lintasan menuju rumah bersama, yaitu akhirat."

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata

Dalam pemilihan ruang pertunjukan, Teater Rumah Mata mencari lokasi-lokasi yang tidak biasa untuk lebih mengenalkan teater kepada masyarakat. Pementasan perdana berlangsung di Binjai Millenial Market, Lapangan Asrama 121, Kebun Lada, Kota Binjai, sekitar 25 kilometer barat Kota Medan. Pertunjukan kedua dihelat di Metrolink Street Market, samping Asrama Haji, Pangkalan Masyhur, Medan Johor, pada Minggu, 10 April 2022.

Setelahnya, pertunjukan akan dipanggungkan di Indie Medan bersatu, Pasar 134 Modern, Eats and Treats Barista, Samsara Coffee, dan Musiku Official 12. "Durasi pertunjukan sekitar 30 menit dan tergantung lokasi dan atmosfer suasananya," katanya.

"Karena sebenarnya kami mengamen, maka penonton bebas mau nyawer atau tidak. Saweran itu digunakan untuk melanjutkan kegiatan," ujar Agus. Tuan rumah boleh menanggung sebagian maupun seluruh biaya operasional pementasan. Agus melanjutkan, harga bisa dinegosiasikan tanpa memberatkan tuan rumah.

Baca juga:
Safari Ramadan UMM Mengisahkan Rumah Sakit Pernah Dianggap Barang Kafir