Tradisi Ruwahan di Bangka Barat, Berdoa dan Makan Bersama

Reporter

ILustrasi Berdoa di Masjid. shutterstock.com
ILustrasi Berdoa di Masjid. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Tradisi ruwahan menyambut bulan Ramadan ternyata tidak hanya dikenal oleh masyarakat Jawa. Warga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga melaksanakan ruwahan,di Masjid Jami Tempilang, Kabupaten Bangka Barat untuk menggelar tradisi mendoakan anggota keluarga dan kerabat yang telah meninggal pada akhir bulan Ruwah atau Syakban 1443 Hijriyah.

Warga datang ke masjid atau musala untuk bersama-sama mendoakan anggota keluarga dan kerabat yang telah meninggal dunia. Mereka membawa aneka makanan. Di antaranya ketupat beserta lauk pauk, untuk dimakan bersama setelah berdoa.

Bupati Bangka Barat Sukirman mengatakan ruwahan merupakan momentum untuk bersama-sama mendoakan para leluhur. "Ruwahan dapat menjadi
pembelajaran, mengingatkan anak-anak tentang jasa orang-orang yang sudah meninggal,” kata Sukirman, Rabu, 30 Maret 2022.

Doa-doa untuk yang mereka yang sudah meninggal, sedangkan, “Makanan untuk yang hidup,” ujar Sukirman.

Ilustrasi Ketupat. shutterstock.com

Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Abdul Fatah menghadiri acara ruwahan atau ruwah kubur di Masjid Jami Tempilang. Wakil Gubernur mengingatkan warga untuk menerapkan protokol kesehatan dalam tradisi ruwahan itu agar penularan COVID-19 tidak meningkat lagi.

Fatah mengatakan sudah menegur warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan. “Jangan sampai pelaksanaan ruwah kubur ini memicu kembali lonjakan kasus COVID-19 karena ketidakdisiplinan warga menjalankan protokol kesehatan."

Wakil Gubernur mengatakan ruwahan  menjadi pengingat bahwa bulan Ramadan telah dekat.

Baca juga: Makna Menu Kue Apem, Ketan, dan Kolak dalam Tradisi Ruwahan