Makna Menu Kue Apem, Ketan, dan Kolak dalam Tradisi Ruwahan

Kue apem. ANTARA/Noveradika
Kue apem. ANTARA/Noveradika

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang datangnya bulan Ramadan, masyarakat Jawa biasa menggelar tradisi ruwahan. Masyarakat akan mengunjungi pusara para leluhur dan membagikan aneka makanan, seperti camilan khas berupa ketan, kolak, dan kue apem.

Ketan, kolak, dan kue apem sangat lazim disajikan dalam tradisi ruwahan dalam masyarakat Jawa. Ketiga makanan itu dibagikan kepada keluarga, kerabat, atau tetangga. Menu-menu lezat itu, selain berguna melengkapi tradisi ruwahan, juga sarat makna. Berikut makna dari penganan yang disajikan dalam ruwahan:

Ketan

Ketan yang berasal dari bahasa Jawa adalah kependekan dari kemutan. Kemutan artinya teringat. Teringat dalam tradisi ruwahan Ramadan bermakna perenungan dan intropeksi diri aras kesalahan dan dosa yang diperbuat selama ini.

Dengan kata lain, ketan berusaha mengingatkan manusia agar bertaubat dan merenung atas segala dosa yang dilakukan.

Tradisi ruwahan menjelang Ramadan dilakukan masyarakat Jawa, termasuk kuliner khas ketan kolak apem. TEMPO/ S. Dian Andryanto

Kolak

Kudapan kolak yang manis dihidangkan dengan bahan-bahan ubi, pisang, labu, dan kolang-kaling. Ketiganya direbus dengan daun pandan yang wangi. Setelah matang, rebusan itu ditambahi santan dan gula jawa.

Kolak seringkali dijumpai di luar tradisi ruwahan, tetapi kolak yang dibuat untuk tradisi ruwahan Jawa agak berbeda. Kolak ruwahan mempunyai rasa yang manis legit dengan kuah yang kental bahkan sedikit asat.

Secara tersirat, kolak memiliki nilai filosofis sebagai simbol harapan yang memasaknya agar senantiasa mengingat Tuhan yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan asal kata kolak yang diambil dari bahasa Arab, khalaqa, yang bermakna menciptakan, atau kata lain merujuk pada Sang Pencipta.

Apem

Kue apem berbentuk bulat, terbuat dari tepung beras. Kue apem juga sarat akan makna yang dalam. Kata apem diambil dari bahasa Arab, afuwwun, yang bermakna maaf atau mohon ampunan. Hal ini kemudian diartikan kue apem sebagai wujud saling memaafkan antar sesama manusia.

Kue apem yang teksturnya lengket karena terbuat dari tepung beras dan santan, sejalan dengan makna yang dikandungnya, yaitu mengeratkan tali silaturahmi.

Baca juga: Ngarak Sewu Apem, Tradisi Kelurahan Tahunan Menyambut Puasa Ramadan

NAOMY A. NUGRAHENI