Mengenal Ruwahan, Tradisi Orang Jawa Menyambut Puasa Ramadan

Reporter

Warga menjalani tradisi Nyekar atau Ziarah Kubur jelang bulan suci Ramadan di tempat pemakaman umum Tegal Alur, Jakarta Barat, 13 Juni 2015. Nyekar sudah menjadi tradisi bagi umat Muslim di Tanah Air. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Warga menjalani tradisi Nyekar atau Ziarah Kubur jelang bulan suci Ramadan di tempat pemakaman umum Tegal Alur, Jakarta Barat, 13 Juni 2015. Nyekar sudah menjadi tradisi bagi umat Muslim di Tanah Air. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai daerah di Indonesia memiliki cara yang berbeda-beda untuk menyambut bulan suci Ramadan. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, puasa Ramahan biasanya diawali dengan tradisi Ruwahan. Tradisi ini lazim digelar di berbagai daerah perdesaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Dilansir dari terbankel.jogjakota.go.id, salah satu desa di Yogyakarta, Terban, menggelar Ruwahan dengan mendoakan leluhur dan berbagi makanan. Tradisi ini menggabungkan budaya Jawa dan nilai-nilai Islam. Di Terban, Ruwahan dimaknai sebagai upaya penghormatan sekaligus doa kepada leluhur yang telah meninggal.

Selain doa kepada leluhur, Ruwahan juga memiliki tujuan yang berhubungan langsung dengan bulan suci Ramadhan. Dilansir dari radenfatah.ac.id, Ruwahan memiliki tujuan untuk mendoakan supaya bulan suci Ramadan dapat dilalui dengan lancar. Lebih spesifiknya, Ruwahan bertujuan untuk mendoakan supaya dapat melalui bulan suci Ramadhan tanpa tergoda hal-hal apapun hingga hari kemenangan tiba.

Di Gunungkidul, pelaksanaan Ruwahan memiliki beberapa perbedaan. Dilansir dari unnes.ac.id, Ruwahan di Gunungkidul biasanya digelar dengan ziarah kubur para leluhur. Tidak hanya berziarah, warga Gunungkidul juga berdoa untuk mengharap pengampunan dan rahmat dari Allah SWT. Setelah atau sebelum berdoa, warga Gunungkidul biasanya akan menggelar gotong royong guna membersihkan makam para leluhur terlebih dahulu.

Berbeda dengan Gunungkidul dan Terban, warga Klaten, Jawa Tengah memaknai Ruwahan sebagai momentum yang tepat untuk saling bersilaturahmi. Tinah, warga Desa Bentangan, Klaten; mengungkapkan bahwa Ruwahan dapat mempererat tali silaturahmi antarwarga desa. “Para warga biasanya akan bertemu dan bercengkrama di makam ketika Ruwahan,” kata Tinah.

Tidak hanya bertemu di makam, para warga biasanya juga menggelar kenduri sebagai bagian dari tradisi Ruwahan. “Ketika kenduri, semua warga pasti datang dan saling bercengkrama,” ucap Tinah. Hal tersebut membuat Ruwahan menjadi tradisi yang dapat mempererat silaturahmi warga di Klaten sebelum puasa Ramadan.

BANGKIT ADHI WIGUNA 

Baca: Nyadran dan Ruwahan Tradisi Sakral Orang Jawa Sambut Ramadan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.