TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia atau MUI telah merilis Jadwal Puasa dan Imsakiah di laman resmi Bimbingan Masyarakat atau Bimas Islam Kemenag, begitu juga dengan Nahdlatul Ulama atau NU dan PP Muhammadiyah, masing-masing juga telah menerbitkan Jadwal Puasa dan Imsakiah Ramadan 2021 yang bertepatan dengan 1442 Hijriah di laman resmi mereka.
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin, mengungkapkan sidang isbat untuk menentukan awal Ramadhan 1442 Hijriah akan dilakukan pada Senin, 12 April 2021. NU juga baru akan melaksanakan rukyatul hilal di hari yang sama dengan sidang isbat Bimas Islam. Sementara PP Muhammadiyah telah menetapkan hasil hisab bahwa 1 Ramadan 1442 Hijriah jatuh pada Selasa, 13 April 2021.
Meski belum ditetapkan secara pasti kapan jatuhnya tanggal 1 Ramadan 1442 Hijriah, NU telah mencatatkan jadwal puasa tersebut pada Selasa, 13 April 2021 sebagai awal hari puasa. Sementara MUI hanya menampilkan keterangan waktu imsak, terbit dan jadwal salat. Berdasarkan jadwal puasa yang diakses dari laman resmi Bimas Islam Kemenag, MUI menetapkan imsak hari pertama puasa bulan Ramadan 1442 Hijriah untuk daerah Jakarta, yaitu tepat pukul 04:28 WIB dan NU menetapkan jadwal imsak di hari pertama puasa satu menit lebih cepat yakni 04:27 WIB untuk wilayah Jakarta.
Sementara itu PP Muhammadiyah menetapkan Jadwal Puasa dan Imsakiah sedikit berbeda dengan MUI dan NU, perbedaan itu terletak pada waktu Imsak yang memiliki rentang delapan menit lebih lambat dibandingkan dengan jadwal waktu imsak MUI dan sembilan menit lebih lambat dibandingkan dengan jadwal imsak NU, yakni pukul 04:36 WIB untuk wilayah Jakarta.
Sementara untuk jadwal buka puasa atau salat Magrib, ketiga lembaga tersebut menetapkan di waktu yang hampir sama, MUI dan Muhammadiyah menetapkan buka puasa pukul 17:56 WIB untuk wilayah Jakarta, dan edikit lebih cepat untuk NU yakni buka puasa pukul 17.55 WIB untuk kawasan Jakarta.
Penetapan tersebut dihitung berdasarkan kriteria awal waktu subuh hasil Musyawarah Nasional atau Munas XXXI Tarjih Muhammadiyah tahun 2020, yaitu awal waktu subuh ditentukan saat ketinggian matahari berada di posisi minus delapan belas derajat. Sementara lembaga lain seperti MUI dan NU masih menggunakan patokan awal waktu subuh dalam ketinggian minus 20 derajat. Demikianlah yang menyebabkan perbedaan waktu imsak antara Muhammadiyah dengan MUI hingga delapan menit, dan sembilan menit dengan NU.
Pemberlakuan penambahan waktu subuh rentang delapan menit lebih lambat ini berlaku untuk setiap daerah di tanah air dan akan diberlakukan pula untuk Imsakiah bulan Ramadan 1442 Hijriah. Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar menjelaskan, penentuan awal subuh harus akurat berdasarkan telaah teks Al Quran dan hadis.
Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto mengatakan keputusan Munas XXXI Tarjih Muhammadiyah tentang awal waktu subuh itu sudah menjadi keputusan resmi organisasi. Oleh sebab itu, Agung mengimbau agar seluruh warga Muhammadiyah harus menaati keputusan tersebut. “PP Muhammadiyah berharap ini bisa segera diimplementasikan atau dilaksanakan oleh warga Persyarikatan Muhammadiyah,” katanya seperti dikutip Tempo dari laman resmi Muhammadiyah, Senin, 12 April 2021.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: 3 Alasan Muhammadiyah Putuskan Awal Waktu Subuh Mundur 8 Menit