Berkah Ramadan Industri Jenang Dodol, Pesanan Naik 1.000 Persen

Reporter

Editor

Elik Susanto

Ilustrasi kue lebaran. Facebook.com
Ilustrasi kue lebaran. Facebook.com

TEMPO.CO, Ponorogo - Berkah Ramadan dirasakan betul oleh Sri Harijati. Pemilik usaha rumahan "Teguh Raharjo" berupa kue Lebaran di Ponorogo, Jawa Timur, ini kebanjiran pesanan. Pesanannya melonjak hingga 1.000 persen selama Ramadan.

Sri Harijati mengatakan, pada hari biasa di luar Ramadan produksi jenang dan dodol antara 300 hingga 500 kotak per hari. "Selama Ramadan rata-rata memproduksi 5.000 kotak setiap harinya," ujar wanita 66 tahun kepada Antara di rumahnya Jalan Wibisono 90 Kepatihan, Ponorogo, Sabtu, 2 Juni 2018.

Baca: Tradisi Ramadan di Berbagai Negara, Ada yang Menembakkan Meriam

Lonjakan pesanan membuat Sri mencari tambahan tenaga sebanyak 15 orang. "Pada hari-hari biasa ada 30 orang yang bekerja. Karena pesanannya meningkat, saya menambah 15 orang tenaga pocokan (musiman)," kata Sri.

Keuntungan usaha kecil menengah Teguh Raharjo pun ikut berlipat. Namun, Sri berkomitmen tidak menaikkan harga jenang dan dodolnya. Baginya, harga sebelum Ramadan telah memberi keuntungan.

"Saya tidak ingin memanfaatkan kesempatan Lebaran dengan menaikkan harga. Jadi harganya tetap sama dengan sebelum Lebaran, rata-rata Rp 17.500 per kotak. Setiap kotak berisi tiga ons jenang dan dodol," tuturnya.

Selain jenang dan dodol, Sri juga membuat makanan tradisional madumongso. Makanan yang biasa untuk oleh-oleh ini dijual Rp 30 ribu setiap kotak. "Humongsoarganya Rp 30 ribu karena pembuatannya butuh waktu lama dan rumit," jelasnya.

Masih ada lagi makanan khas Jawa yang diproduksi Sri, yaitu jenang beras ketan, wajik, ketan wijen, dan kentang. Selain itu juga dodol waluh, kacang hijau, mangga, nanas, sirsat, pisang dan masih ada beberapa lagi.

Ramadan membuat Sri dan karyawannya bekerja lebih keras karena permintaan kue Lebaran terus berdatangan. Pesanan datang dari berbagai kota di Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Jakarta.