TEMPO.CO, Dubai – Bulan Ramadan telah memasuki hari ke 18 pada Sabtu, 2 Juni 2018 dari total 30 hari. Komunitas Muslim berbagai dunia melakukan berbagai aktivitas untuk merayakan kegiatan berpuasa yang dilakukan setiap tahun ini.
Berikut ini 5 kegiatan tradisi dan budaya yang terkait dengan aktivitas Ramadan sejumlah komunitas di berbagai dunia:
- Mesaharaty – Panggilan bangun sahur
Bagi sebagian Muslim, bangun untuk santap sahur relatif sulit dilakukan. Ini membuat sebagian warga di sejumlah negara Arab menggelar kegiatan ‘mesaharaty’.
Baca: Tokopedia Hadirkan Ramadan Ekstra Hari Ini, Serba Rp 25 Ribu
Ini merupakan tradisi berkeliling kampung sambil membunyikan alat musik drum sekitar pukul tiga dini hari. Ini biasa dilakukan di sejumlah negara seperti Arab Saudi, Yaman dan Mesir. “Al Tabbeil atau pemukul drum akan memanggil nama warga saat melewati rumahnya agar terbangun,” begitu dilansir Gulf News, Sabtu, 2 Juni 2018. Tradisi ini juga dikenal di Tanah Air sebagai keliling sahur.
- Midfa Al Iftar – Menembakkan meriam
Ini tradisi yang dimulai saat belum dikenal system peringatan waktu berdasarkan telepon seluler. Tradisi tembak meriam ini dimulai di Mesir. Di Uni Emirat Arab tradisi ini masih dilakukan sebagai simbol untuk saat berbuka.
Baca: PNS Uni Emirat Arab Dapat Bonus Gaji Menjelang Ramadan
- Fanous – lentera Ramadan
Ini salah satu tradisi Ramadan yang diyakini berasal dari Mesir. Lentera ini dibuat dengan warna cerah dan disebut Fanous atau Fawaness. Lampu ini terbuat dari metal dan kaca dengan beragam bentuk dan ukuran. Saat ini, jika para pemilik toko di Mesir mulai memasang lampu ini di depan took mereka maka itu menjadi tanda Ramadan telah dekat.
- Padusan – pembersihan jiwa
Tradisi di masyarakat kerap menyatu dengan perayaan menjelang Ramadan. Di Indonesia, tradisi Padusan ini dilakukan warga desa dengan mandi di kolam atau sungai sebagai simbol pembersihan jiwa.
- Nyekar – mendoakan almarhum
Tradisi di Indonesia ini dilakukan warga menjelang Ramadan untuk berdoa di makam keluarga atau leluhur. Sebagian warga Muslim Jawa menggunakan sesajen dalam kegiatan ini.