Berkah Ramadan, Permintaan Al-Quran Melonjak Dua Kali Lipat

Seorang pria membaca Al Quran di dalam masjid saat menjalankan ibadah Puasa di bulan Ramadan di Riyadh, Saudi Arabia, 29 Mei 2017. REUTERS
Seorang pria membaca Al Quran di dalam masjid saat menjalankan ibadah Puasa di bulan Ramadan di Riyadh, Saudi Arabia, 29 Mei 2017. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta – Al-Quran digital yang bisa diakses melalui telepon pintar tak mempengaruhi bisnis percetakan. Buktinya, perusahaan percetakan Al-Quran di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, saat ini masih berproduksi karena permintaan tetap tinggi.

Direktur Percetakan Menara Kudus Ahmad Fathoni mengatakan proses pencetakan Al-Quran masih terus berlanjut. Bahkan, kata Ahmad, sejak memasuki Ramadan hingga sekarang terjadi kenaikan permintaan. "Al-Quran buatan percetakan Menara Kudus juga banyak diminati kalangan santri pondok pesantren," ujarnya di Kudus, Rabu, 31 Mei 2017.

Baca: Produsen Kertas Terpukul Tuduhan Praktik Dumping

Selama ini, kata Ahmad, setiap harinya mencetak Al-Quran dengan berbagai ukuran hingga 10 ribu eksemplar. Kenaikannya mencapai dua kali lipat, yang permintaannya datang dari berbagai daerah. "Lonjakan dirasakan sejak menjelang Ramadan," ujar Ahmad sembari menambahkan bahwa pemasaran Al-Quran hasil cetakan Menara Kudus, meliputi Kota Banjarmasin, Medan, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.

Baca: Industri Terpaksa Impor Bahan Baku Rp 1,3 Triliun

Ia mengatakan memiliki banyak model Al-Quran, dari yang berukuran kecil hingga besar. Bahkan, Percetakan Menara Kudus juga masih memproduksi Al-Quran model lama karena masih banyak peminatnya. "Ketika dihadirkan model terbaru, justru mereka lebih memilih model lawas karena sejumlah alasan," ujarnya.

Ia mengakui Al-Quran model lawas yang masih diproduksi tersebut masih disukai kalangan generasi tua. Sedangkan untuk kalangan generasi muda, tersedia Al-Quran dengan desain yang lebih menarik.

Desain Al-Quran model terbaru, di antaranya Al-Quran dengan ayat pojok menara yang dilengkapi panduan tajwid praktis. "Al-Quran pojok tersebut untuk mempermudah pembacanya, termasuk para santri yang menghafalkan Al-Quran karena setiap akhir halaman juga akhir ayat," ujarnya.

Untuk menghindari kesalahan cetak, terdapat tahapan koreksi mulai praproduksi, produksi, serta koreksi setelah berbentuk Al-Quran juga dikoreksi kembali. Sebelum diproduksi massal, Al-Quran dengan desain terbaru biasanya diminta dikoreksi oleh ulama setempat. "Jika ulama tersebut menyatakan tidak ada kesalahan, kami baru melakukan produksi secara massal," ujarnya.

ANTARA