Sampah Kota Malang Naik 20%, Kebanyakan Sisa Jajanan Takjil

Ilustrasi pasar/pedagang makanan buka puasa atau takjil. ANTARA/Risky Andrianto
Ilustrasi pasar/pedagang makanan buka puasa atau takjil. ANTARA/Risky Andrianto

TEMPO.CO, Malang - Volume sampah di Kota Malang diperkirakan meningkat 20 persen per hari selama Ramadan. Diperkirakan jumlahnya akan meningkat lagi menjadi 25 persen per hari selama libur Lebaran 2016.

Volume sampah harian di Kota Malang biasanya 600 ton, namun selama Ramadan bertambah jadi 680 ton. Sedangkan selama libur Lebaran diperkirakan jumlah sampah naik jadi 750 ton.

Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang Erik Setyo Susanto, volume sampah selama Ramadan dan Lebaran tahun ini menurun dibanding Ramadan dan Lebaran 2015.

Pada tahun lalu, jumlah sampah selama Lebaran bertambah 30 sampai 40 persen dari biasanya 600 ton sampai 700 ton menjadi 1.000 ton per hari.

“Jenis sampah yang mendominasi sama saja, yakni sampah organik yang berasal dari pasar-pasar jajanan bukaan puasa atau takjil, dengan volume sampah 70-80 ton per hari. Selebihnya sampah domestik rumah tangga,” kata Erik, Senin, 4 Juli 2016.

Petugas kebersihan sudah berkali-kali mengimbau dan memperingatkan kepada pengelola pasar takjil untuk selalu menjaga kebersihan dengan tidak sembarangan membuang sampah supaya tidak terjadi gunungan sampah di tempat pembuangan sementara dan tempat pembuangan akhir (TPA).

Erik mengakui kesadaran penjual dan pembeli takjil dalam menjaga kebersihan masih memprihatinkan. Akibatnya, serakan dan gunungan sampah di jalan-jalan hanya mengotori keindahan kota dan tidak semua sampah dibuang ke TPA Supiturang. TPA seluas 32 hektare ini berlokasi di Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Alhasil, DKP membentuk tim gerak khusus untuk membersihkan Kota Malang dari sisa-sisa sampah pasar takjil maupun yang berasal dari kegiatan massa lainnya.

Tim ini beraksi di luar jadwal rutin pembersihan sampah yang biasanya dimulai selepas subuh. “Tidak semua sampah dibuang ke TPA Supiturang, tapi ada yang dikelola masyarakat melalui bank sampah,” ujar Erik.

Kepala Bidang Kebersihan Lilis Pujiharti menambahkan, sebanyak 800 petugas dikerahkan dikerahkan untuk membersihkan sampah di jalan-jalan dan 50 orang lagi ditugasi mengangkut sampah. Mereka tiada yang libur dan tidak ada tambahan upah lembur. Mereka sudah mendapatkan gaji ke-13 dan 14.

Untungnya pengelolaan sampah di Kota Malang cukup modern. Di luar Ramadan dan Lebaran, rata-rata 540 ton sampah per hari dibawa dan diolah di TPA Supiturang agar menghasilkan gas metan.

Gas metan sudah dimanfaatkan sekitar 300 rumah tangga di sekitar TPA. Sedangkan 60 ton lagi sudah dipilih, dipilah, serta diolah Bank Sampah Malang (BSM).

Bank sampah yang dibentuk pada 26 Juli 2011 ini beralamat di Jalan Slamet Supriyadi 38 A, Kota Malang. Hampir 200 kelompok kecil beranggotakan dari 8 ribu warga Kota Malang telah menjadi nasabah BSM. Pemerintah Kota Malang kini berencana mengolah sampah menjadi sumber listrik.

ABDI PURMONO