Ngabuburit Sambil Bergelantungan di Atas Museum, Berani?

Ilustrasi naik gunung/berkemah/liburan/traveling. Shutterstock.com
Ilustrasi naik gunung/berkemah/liburan/traveling. Shutterstock.com

TEMPO.CO, Sleman - Waktu menunggu buka puasa memang asik ngabuburit di lokasi-lokasi yang asik untuk nongkrong dan menikmati cemilan berbuka. Namun sekelompok mahasiswa pecinta alam ini berbeda dalam meluangkan waktu setelah sahur maupun menunggu adzan magrib.

Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta justru bergelantungan di atas kerucut bangunan Museum Jogja Kembali (Monjali). Bukan untuk latihan panjat tebing atau turun goa, tapi untuk membersihkan kotoran yang ada di dinding kerucut yang tingginya mencapai 31,8 meter itu.

"Ide membersihkan dinding kerucut dari kami para anggota Mapala UPN," kata Dikdik Irawan, koordinator bersih-bersih Monjali dari Mapala UPN Veteran Yogyakarta, Minggu, 12 Juni 2016.

Biasanya, di bulan puasa memang masyarakat menggunakan waktu usai sahur atau salat shubuh untuk jalan-jalan menikmati pagi hari. Begitu pula di sore hari banyak warga yang meluangkan waktu untuk kalan-jalan sore dan ngabuburit menunggu datangnya waktu buka puasa.

Namun para mahasiswa pecinta alam yang terdiri dari delapan orang ini sejak 8 Juni lalu bergelantungan di atas "gunungan" atau bangunan berbentuk kerucut Monjali. Sejak pukul 05.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB mereka membersihkan dinding yang sudah kotor dan kusam.

Setelah istirahat, para Mapala itu kembali menaiki bangunan mulai pukul 14.00 WIB hingga menjelang buka puasa. Tali yang digunakan untuk bergelantungan itu adalah dengan menggunakan alat pemanjatan seperti tali karmantel, carabiner, figur, harnest dan kelengkapan keselamatan lainnya.

Ide bersih-bersih itu murni dari para anggota Mapala. Tidak ada pemaksaan untuk membersihkan dinding "tumpeng" yang sudah kotor itu. Karena memang mereka sudah biasa memanjat tebing dan susur goa-goa, maka membersihkan dinding miring itu bisa dilakukan. Sekaligus untuk menyalurkan hobi panjat memanjat itu.

Lagi pula di bulan puasa ini para mahasiswa banyak yang mengurangi kegiatan di kampus. Daripada waktu senggang terbuang percuma, mereka memanfaatkan waktu untuk aksi bersih-bersih museum ini.

"Memang ada kendala, yaitu kalau hujan dan angin disertai petir, kami harus hentikan aksi bersih-bersih di atas," kata dia.

Menurut juru bicara Mapala UPN, Zaini, aksi bersih-bersih monumen ini akan berlangsung hingga 14 hari sejak dimulai pada 8 Juni lalu. Kendala hujan dan petir beberapa waktu lalu yang mengguyur sekitar museum memang terjadi. Namun diharapkan ke depan cuaca sudah mulai bersahabat.

"Kami berharap semoga cuaca tetap bagus dan bisa selesai membersihkan dinding selama 14 hari," kata dia.

Monumen itu merupakan penanda peristiwa bersejarah perjuangan Republik Indonesia. Museum dengan isi diorama perjuangan ini dibangun segaris dengan sumbu imajiner Yogyakarta. Yaitu Gunung Merapi, Tugu Pal Putih , Keraton Kasultanan dan Pantai Parangtritis. monumen ini berada di dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Atau di Jalan Palagan Tentara Pelajar Ngaglik, Sleman.

Untuk diketahui museum ini mulai dibangun pada 29 Juni 1985 dengan Peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Monument ini merupakan bentuk penghargaan terhadap para pejuang yang merebut kembali Yogyakarta dari tangan penjajah yang berujung pada penarikan tentara Belanda pada 29 Juni 1949.

MUH SYAIFULLAH