Peringatan BPOM: 7,8 Persen Makanan di Jakarta Berbahaya  

Editor

Suseno TNR

Ilustrasi pengujian makanan dan minuman takjil mengandung bahan berbahaya. ANTARA/Prasetia Fauzani
Ilustrasi pengujian makanan dan minuman takjil mengandung bahan berbahaya. ANTARA/Prasetia Fauzani

TEMPO.COJakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menguji produk makanan yang beredar di Jakarta. Sampel makanan itu diambil dari sebelas pasar, dua supermarket, dan empat lokasi bazar. Hasilnya, "Sebanyak 7,8 persen produk makanan itu mengandung bahan berbahaya," kata Deputi Bidang Pengawasan Produk Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM Suratmono, Jumat, 10 Juni 2016.

Menurut Suratmono, pengujian itu dilakukan selama Ramadan. "Dengan makanan yang diuji sebanyak 625 sampel," katanya. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding makanan yang mengandung bahan berbahaya secara nasional tahun lalu. "Tahun lalu jumlah secara nasional mencapai 6,5 persen."

Berdasarkan data BPOM, jumlah makanan yang mengandung bahan berbahaya di Jakarta mengalami penurunan signifikan. Pada 2014, jumlahnya mencapai 22 persen. Sedangkan tahun lalu hanya 12 persen.

Hari ini BPOM juga menggelar inspeksi di Pasar Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Sasarannya adalah takjil yang banyak dijual di tempat itu. Petugas meneliti kemungkinan makanan mengandung formalin, boraks, rhodamin B, dan metanil. Total sampel yang diambil sebanyak 63 sampel. "Semua negatif bahan berbahaya," kata Kepala Balai BPOM Jakarta Dewi Prawitasari. 

VINDRY FLORENTIN