Ramadan, Harga Kacang Mete di Yogyakarta Melonjak

Ratusan warga memadati Pasar Tradisional Beringharjo, (29/8). Dua pekan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2431 H banyak masyarakat yang memanfaatkan liburan akhir pekan untuk berbelanja berbagai macam kebutuhan. ANTARA/Noveradika
Ratusan warga memadati Pasar Tradisional Beringharjo, (29/8). Dua pekan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2431 H banyak masyarakat yang memanfaatkan liburan akhir pekan untuk berbelanja berbagai macam kebutuhan. ANTARA/Noveradika

TEMPO.CO, Yogyakarta - Harga sejumlah komoditas pangan sekunder atau yang biasa untuk oleh-oleh maupun camilan di pasar tradisional Yogyakarta ikut melonjak pada pekan pertama Ramadan 2015.

Pantauan Tempo di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, pangan sekunder yang jadi primadona harganya terkerek, dan permintaannya itu antara lain kacang mete, emping melinjo, dan kacang tanah.

Seorang juragan yang juga pedagang pusat kulakan pangan sekunder di lantai 2, los 6, Pasar Beringharjo, Slamet, 52 tahun, menuturkan, harga yang paling melonjak saat Ramadan ini kacang mete. Dari harga normal Rp 100 ribu menjadi Rp 130-140 ribu per kilogramnya.

“Kacang mete ini hanya panen sekali setahun, Ramadan ini bukan masuk masa panen, jadi harganya mahal,” ujar Slamet ditemui Tempo, Senin, 22 Juni 2015. Panen mete biasanya terjadi saat Agustus-September. Karena Ramadan ini jatuh di luar masa panen, pedagang mendapat pasokan stok tahun lalu sehingga harganya melangit.

Kacang mete di Pasar Beringharjo dan pasar tradisional Yogyakarta, dipasok dari satu daerah saja, yakni Wonogiri, Jawa Tengah. Selama Ramadan ini, penjualan kacang mete meningkat dari sepekan biasanya sepuluh kilogram, saat Ramadan ini bisa 50 kilogram dalam sepekan. “Untuk olahan camilan,” ujarnya.

Alifah, pedagang pangan sekunder lain di lantai dua Pasar Beringharjo, menuturkan, kacang mete memang jadi primadona meskipun harganya membumbung. “Biar laris, kami buat kemasan kecil sampai besar,” ujarnya.

Selain kacang mete, harga pangan emping melinjo pun ikut terkerek menjadi Rp 45 ribu per kilogram untuk kualitas super. Dari harga normal Rp 30-35 ribu per kilogramnya.

Emping ini dipasok dari Kabupaten Bantul, Yogyakarta, dan Kebumen, Jawa Tengah.
“Untuk emping sepekan Ramadan ini bisa satu kuintal, dari normalnya cuma 50 kilogram,” ujar Slamet. Untuk emping harganya relatif murah karena masa panen setahun dua kali.

Melambungnya harga mete dan emping ini, tak diikuti dengan kenaikan harga komoditas pangan sekunder lain seperti kacang tanah. Kacang tanah lokal harganya relatif turun karena harus bersaing dengan kacang impor dari Shandong, Cina; dan India.

Juragan yang juga pedagang toko kulakan kacang tanah di Pasar Beringharjo, Slamet Hadiwijoyo, menuturkan, saat Ramadan seperti ini kacang tanah lokal harganya berkisar Rp 20-21 ribu per kilogram, dari harga normal Rp 22 ribu per kilogram. “Tapi permintaannya sehari naik menjadi delapan kuintal dari rata-rata 3-5 kuintal,” ujarnya.

Hadiwijoyo menuturkan, kacang tanah impor tetap disediakan pihaknya guna memenuhi pasar yang fanatik. Meskipun harganya lebih mahal. Misalnya untuk kacang tanah asal Shandong, Cina, yang dikemas per 25 kilogram per kemasan karton, dihargai Rp 25 ribu per kilogram.

Sedangkan kacang tanah asal India, dikemas dalam kemasan karung ukuran 50 kilogram, dengan harga per kilogram Rp 22.500. “Untuk kacang impor kami tak menjual eceran,” ujar Hadiwijoyo yang akrab disapa Gendut itu.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Perdagangan ESDM Kota Yogyakarta Suyana menuturkan selama masa Ramadan pihaknya hanya berfokus pada kestabilan harga-harga bahan pangan pokok.

Seperti beras dan minyak goreng, juga ketersediaan elpiji ukuran tiga kilogram. “Jika harga bahan pokok itu naik tiba-tiba dan stok langka baru akan digelar operasi pasar,” ujar Suyana.

PRIBADI WICAKSONO