Kumandang Empat Muazin di Masjid Sigi Lamo

Editor

Nur Haryanto

Ilustrasi masjid. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Ilustrasi masjid. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

TEMPO.CO, Jakarta -Menyusuri kejayaan Kesultanan Ternate, yang notabene punya peran penting dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, salah satunya bisa dengan cara menyambangi Masjid Sigi Lamo. Yang berada di Jalan Sultan Khairun, Kota Ternate.

Sigi Lamo, nama lain dari Masjid Sultan Ternate, ini juga punya sederet cerita unik. Di saat bulan Ramadan seperti sekarang, kumandang adzan yang umumnya dilakukan oleh seorang muadzin saja, tidak demikian halnya di sini. Sebelum salat tarawih, adzan akan dikumandangkan oleh empat orang sekaligus.

Jumlah empat ini bukan sembarang, tapi untuk menyimbolkan keberadaan empat soa (kelurahan) pertama di Kota Ternate. Namun, ada yang meyakini angka empat tersebut juga bermakna ada empat kerajaan di Maluku Utara yang dahulu pernah berjaya. Yakni, Kerajaan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.

Keunikan lainnya, hanya kaum lelaki saja yang boleh memasuki masjid ini. Alasannya, demi menjaga kesucian masjid. Jika ada wanita di sana, dikhawatirkan ada yang tiba-tiba mengalami haid sehingga menodai kesucian masjid. Kaum lelaki yang salat di masjid ini juga harus mengikuti syarat-syarat yang diberlakukan. Misalnya, wajib memakai celana panjang, dan dilarang memakai sarung. Kopiah juga tak boleh ketinggalan. Peraturan ini tegas diberlakukan bagi semua kalangan, tak terkecuali Keluarga Sultan. Balakusu (penjaga masjid) akan menjaga tertibnya aturan ini.

Masjid ini, sebagaimana kesultanan Islam lainnya di Nusantara, berada tak jauh dari Keraton Ternate. Bentuk bangunannya pun menyerupai masjid-masjid di tanah Jawa pada masanya, dengan bentuk atap limasan, bukan kubah. Kabarnya, pembangunan Masjid Sultan Ternate mulai dirintis sejak masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin. Namun kapan tepatnya tak diketahui dengan pasti. Diperkirakan, sekitar 1486 Masehi.

TIM TEMPO