Sambut Ramadan, Geylang Serai Dipenuhi Stan Bazar

Editor

Zed abidien

Dua orang warga melintas di depan baliho ucapan menyambut Ramadan di kawasan Pasar Geylang Serai, Singapura, 17 Juni 2015. Kawasan sekitar Pasar Geylang Serai banyak dihuni oleh komunitas Melayu yang mayoritas beragama Islam. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Dua orang warga melintas di depan baliho ucapan menyambut Ramadan di kawasan Pasar Geylang Serai, Singapura, 17 Juni 2015. Kawasan sekitar Pasar Geylang Serai banyak dihuni oleh komunitas Melayu yang mayoritas beragama Islam. TEMPO/Gunawan Wicaksono

TEMPO.COGeylang - Kawasan etnis Melayu di Geylang Serai, Singapura, berhias menyambut bulan suci Ramadan. Sepanjang jalan di kawasan tersebut, ucapan bulan puasa dengan kalimat melayu tertulis di mana-mana. Kain berwarna-warni juga membungkus batang sejumlah pohon dan tiang beton yang menjulang di sisi jalan.

Pemandangan yang paling mencolok adalah stand bazar yang menyesaki trotoar. Stan dengan atap putih itu berisi beragam dagangan yang identik dengan puasa. Misalnya kurma, kebab, serta makanan berat lainnya. Ada pula dagangan seperti baju, pernak-pernik lebaran, serta lampu hias.

Tina, 45 tahun, salah satu pedagang mengatakan stan bazar disewakan langsung Pemerintah Singapura melalui organisasi swasta yang ditunjuk untuk mengurusnya. Stand basar ini hanya boleh berdiri selama sebulan penuh, "Setelah puasa langsung dibongkar lagi," kata pedagang kurma tersebut saat ditemui di standnya, Rabu, 17 Juni.

Para pedangang, kata dia, mulai berjualan sekitar pukul 08.00 waktu Singapura. Mereka baru menutup dagangannya pada pukul 22.00. Bazar mulai ramai pada sore hingga malam hari. "Paling ramai kalau sudah pertengahan puasa," ucapnya.

Menurut Tina, para pedangang rela antre untuk menyewa stan sejak sebulan sebelum Ramadan. Sebab dagangan di stan cukup diminati para pelancong. Padahal harga barang yang dijual di sana tak selisih jauh dari toko asalnya. Para pelancong itu kebanyakan dari etnis Melayu, India, serta Arab.

Aidil, pedagang lainnya mengatakan, pedangan rela mengantre karena mereka hanya mengeluarkan duit Rp 60 juta untuk menyewa stan sebulan. Namun pendapatan mereka dalam periode itu bisa lebih dari Rp 100 juta, "Jualan di sini sangat menguntungkan," katanya.

TRI SUHARMAN