VIDEO: Tradisi Malamang Sambut Ramadan Masih Bertahan

Lomba malamang (membuat lemang) di Festival Siti Nurbaya. TEMPo/Febrianti
Lomba malamang (membuat lemang) di Festival Siti Nurbaya. TEMPo/Febrianti

TEMPO.CO, Padang - Tradisi malamang atau membuat lemang di kampung-kampung di Sumatera Barat masih sering dilakukan saat menyambut Ramadan. Lemang terbuat dari beras ketan yang dimasukkan ke dalam buluh bambu yang telah dialasi dengan daun pisang, kemudian disiram dengan santan lalu dipanggang dengan kayu bakar selama beberapa jam. Kegiatan membuat lemang itu disebut malamang.

Membuat lemang penuh dengan kerja keras sepanjang hari. Mulai dari menyiapkan bambu untuk wadah, kayu perapian, menyiapkan bahan lemang dan membakar lemang hingga sore hari. Lemang juga beragam jenisnya, di antaranya lemang beras ketan. Lemang ini terbuat dari beras ketan putih atau beras ketan merah dan ketan hitam sebagai bahan utama.

Cara membuatnya, beras ketan dicuci dan direndam semalam, lalu dimasukkan ke buluh bambu yang telah dialasi daun pisang. Beras ketan ini lalu diguyuri dengan santan kental yang telah dibubuhi garam. Buluh lemang disandarkan di tungku lalu dibakar dan tetap dipanaskan dengan bara selama sekitar empat jam. Setelah lemang masak, bambu dibelah dan lemang dikeluarkan dan dipotong-potong untuk dihidangkan. Selain dari beras ketan,juga ada lemang pisang,lemamg labu, dan lemang ubi kayu.

Malamang selalu dilakukan dalam menyambut hari besar Islam yang dikenal sebagai hari baik bulan baik. Seperti menyambut Ramadan, Maulid Nabi, Idul Fitri, dan Idul Adha. Lemang menjadi hidangan saat acara berdoa di masjid dan di surau. Lemang bukan makanan adat Minangkabau karena lemang tidak pernah disuguhkan saat acara perkawinan atau melantik penghulu dan datuk.Walaupun sulit membuatnya, tradisi membuat lemang ini masih bertahan.

FEBRIANTI