Bangunan Masjid Chengho Mirip Masjid Niu Jie di Beijing

Editor

Nur Haryanto

Masjid Muhammad Cheng Hoo, di jalan raya Kasri, Petungsari, Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur. (Foto: flickr.com)
Masjid Muhammad Cheng Hoo, di jalan raya Kasri, Petungsari, Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur. (Foto: flickr.com)

TEMPO.CO, Jakarta -  Siapa yang tidak mengenal nama Cheng Ho. Ketika melakukan perjalanan ke kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho, Laksamana Cina utusan Kaisar Ming ini tidak cuma berdagang tetapi juga menjalin persahabatan, serta menyebarkan agama Islam.

Demi mengabadikan nama sekaligus kisah perjalanan pesohor Muslim tersebut ke nusantara, Yayasan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (PITI) pun kemudian mendirikan sebuah Masjid dengan nama yang sama, yaitu Muhammad Cheng Ho.

Masjid yang dibangung pada tahun 2002, dan berkapasitas 200 jemaah ini terletak di jalan Gading, tepatnya di balakang Komplek Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Pandaan, Jawa Timur.

Yang menjadikannya unik adalah arsitekturnya yang menggabungkan unsur China dan Arab. Tak salah jika masjid ini tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai salah satu masjid terunik.

Bentuk bangunan masjid ini mencontoh bangunan masjid Niu Jie di Beijing yang berusia lebih dari 100 tahun. Ruang untuk salatnya berukuran 9 x 11 meter. Adapun, ukuran ini memiliki arti tertentu. Sembilan adalah representasi dari Wali Songo, sedangkan 11 adalah mengikuti ukuran Kabah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.

Menaranya dengan tiga tingkat dan berukuran segi delapan, juga memiliki filosofi sendiri. Tiga tingkat merupakan arsitektur khas Tiongkok sedangkan segi delapan, bagi masyarakat Tiongkok disebut dengan Pat Kwa, mengandung nilai keberuntungan.

Di dinding menara itu, terpatri hiasan kaca berjumlah 20 yang berisi sifat-sifat Allah. Di dinding depannya terdapat dua jendela berbentuk bulat yang tak dibiarkan kosong melompong, melainkan diisi dengan kaligrafi bertuliskan Bismillahirahmanirrahim. Papan nama masjid ini juga istimewa, karena hadiah langsung dari Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Shu Ming.

Meskipun dibangun dengan latar belakang kenangan sejarah, Masjid ini disesuaikan dengan keadaan sekarang. Misalnya kehidupan masyarakat plural di Indonesia mendorong masjid itu menyediakan tempat berkomunikasi antara kelompok yang berbeda aliran. Masjid Cheng Ho juga merupakan daya tarik bagi para pelancong baik domestik maupun manca negara.

TEMPO