Masjid Keramat Luar Batang Dikenal Sampai Afrika

Editor

Nur Haryanto

Masjid Jami Keramat Luar Batang. TEMPO/Aditia Noviansyah
Masjid Jami Keramat Luar Batang. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Di sudut Jakarta Utara, terdapat masjid yang kondang, yaitu Masjid Keramat Luar Batang. Kabar beritanya sampai ke mancanegara, hingga tak sedikit jamaah dari negara lain berkunjung ke masjid ini mulai dari Malaysia, Singapura, Yaman, hingga Afrika.

Awal kisah, masjid yang terletak di Jalan Luar Batang V No. 1 RT 4/3 Penjaringan, Jakarta Utara, ini hanya sebuah surau kecil dari kayu, yang dibangun Habib Husein bin Abubakar Al-Aydrus sekitar 1739. Lokasinya dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, menyiratkan peran masjid ini dalam sejarah penyebaran agama Islam di Jakarta kala itu.

Daya tarik masjid ini tak hanya pada usianya yang sudah ratusan tahun. Pun, makam Habib Husein bin Abubakar Al- Aydrus yang berdampingan dengan masjid adalah magnet tersendiri yang menarik banyak orang untuk berziarah di sini.

Al-Aydrus adalah seorang penyiar agama Islam dari Hadramaut, Yaman Selatan. Untuk kepentingan itulah musala itu kemudian dibangun, begitu ia sampai di ujung Jakarta. Ketinggian ilmu dan keluhuran budi membuat banyak orang tertarik untuk belajar mengaji kepadanya.

Dalam perkembangannya, setelah sang guru wafat, masjid ini malah semakin ramai di kunjungi orang yang datang untuk beribadah. Dalam peringatan hari-hari besar Islam, pengunjung yang datang bisa mencapai ribuan orang. Seperti pada Isra Mi’raj atau Maulid Nabi Muhammad SAW. Jika pada Ramadan, lonjakan pengunjung terjadi saat peringatan Nuzulul Quran, tepat 17 Ramadan.

Perbaikan dan pembangunan fasilitas masjid yang kini mampu menampung hingga 2.000 jamaah ini pun terus dilakukan. Namun, disayangkan rehabilitasi yang dilakukan banyak menghilangakan bentuk bangunan lama.

Sejak 1793 hingga 1992, masjid ini mengalami empat kali renovasi. Kini, masjid telah memiliki menara setinggi 57 meter, kubah masjid kini berbentuk kubah joglo yang sebelumnya kubah bawang yang merupakan ciri khas bangunan Persia. Renovasi pun dilakukan pada 12 tiang kayu penyangga dengan beton bergaya Romawi, dan lantai masjid diganti dengan keramik dan batu granit sebagai ganti lantai kayu dan ubin bangunan lama.

TEMPO