TEMPO.CO, Jakarta - Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menjadi salah satu tokoh yang diundang ke kediaman Presiden terpilih Prabowo Subianto di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, pada Senin, 14 Oktober 2024.
Usai pertemuan tersebut, Nasaruddin mengaku telah mendapatkan kepercayaan untuk mengemban tugas sebagai menteri dalam kabinet Prabowo-Gibran mendatang.
“Saya tidak menyangka mendapatkan undangan untuk membantu beliau di pemerintahan,” ujar Nasaruddin saat ditemui wartawan di rumah Prabowo di Jalan Kartanegara Nomor 4.
Meski belum menyebutkan secara pasti posisi yang akan diembannya, Nasaruddin memberikan sedikit petunjuk bahwa tugas barunya nanti akan berhubungan erat dengan bidang keagamaan. “Kegiatannya tidak akan jauh-jauh dari aktivitas saya sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal,” ungkapnya.
Nasaruddin juga mengklarifikasi bahwa penunjukan ini berlangsung secara mendadak. “Saya baru ditelepon jam enam sore tadi, setelah berbuka puasa,” katanya. Ia menyebut belum pernah ada pembicaraan sebelumnya terkait posisi menteri, baik dengan Prabowo maupun dengan orang-orang di lingkaran dekat Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Profil Nasaruddin Umar
Dilansir dari laman resmi Istiqlal, Nasaruddin Umar dikenal sebagai salah satu tokoh Islam terkemuka di Indonesia. Ia lahir di Ujung-Bone, Sulawesi Selatan, pada 23 Juni 1959. Selain menjadi ulama, ia aktif berkontribusi dalam berbagai kegiatan lintas agama dan dikenal dengan pemikirannya yang mendalam mengenai kesetaraan gender dalam perspektif Al-Qur’an.
Salah satu karya ilmiahnya yang paling terkenal adalah buku Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur'an. Buku ini membahas tentang isu kesetaraan gender dalam konteks Islam.
Nasaruddin juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama RI pada periode 2011 hingga 2014. Di tingkat internasional, ia pernah menjadi anggota Tim Penasihat Inggris-Indonesia yang dibentuk oleh mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair.
Nasaruddin Umar menempuh pendidikan di sejumlah lembaga. Ia memulai pendidikan dasar di SD Negeri Ujung-Bone dan melanjutkan ke Pesantren As'adiyah, Sengkang. Setelah itu, ia meraih gelar sarjana di IAIN Alauddin Ujung Pandang pada tahun 1984, dengan predikat Sarjana Teladan.
Gelar S2 dan S3 diperolehnya dari IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dengan disertasi tentang perspektif gender dalam Al-Qur’an. Selama karier akademiknya, Nasaruddin juga menjadi mahasiswa tamu di beberapa universitas ternama, seperti McGill University di Kanada dan Leiden University di Belanda. Ia bahkan terlibat dalam berbagai program penelitian di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Mesir, dan negara-negara lain di Asia dan Eropa.
Pada 12 Januari 2002, Nasaruddin dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Tafsir di Fakultas Ushuluddin, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Selain produktif menulis buku dan karya ilmiah, Nasaruddin Umar juga dikenal sebagai pejuang perdamaian dan dialog antarumat beragama. Ia mendirikan organisasi yang berfokus pada dialog lintas agama.
NANDITO PUTRA | ISTIQLAL.OR.ID
Pilihan editor: Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar Tak Menyangka Dapat Tugas dari Prabowo Jadi Menteri