9 Tokoh Islam di Bidang Filsafat Beserta Pemikirannya

Reporter

Editor

Laili Ira

Berikut ini deretan tokoh Islam di bidang filsafat dengan masing-masing pemikirannya yang bisa dijadikan pembelajaran. Foto: Tebu Ireng
Berikut ini deretan tokoh Islam di bidang filsafat dengan masing-masing pemikirannya yang bisa dijadikan pembelajaran. Foto: Tebu Ireng

TEMPO.CO, JakartaPada puncak kejayaannya, Islam menghasilkan banyak intelektual yang ahli di bidangnya, termasuk tokoh Islam yang ahli dalam Ilmu Filsafat. 

Tokoh-tokoh Islam dalam bidang filsafat memiliki pengaruh yang luas tidak hanya dalam Islam, tetapi juga berkontribusi besar dalam pengembangan pemikiran dan kebudayaan dunia.

Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umat Islam secara keseluruhan yang memiliki ciri khasnya tersendiri dan berbeda dari pemikiran-pemikiran lainnya.

Dikutip dari buku Tokoh & Pemikiran Autentik Filsafat Islam Klasik, berikut adalah 9 tokoh Islam di bidang filsafat beserta pemikirannya.

Tokoh Islam di Bidang Filsafat

1. Al-Kindi

Al-Kindi atau dikenal juga sebagai Abu Yusuf Ya'qub ibn Ishaq, diakui sebagai filsuf Muslim pertama. 

Al-Kindi lahir sekitar tahun 185 H atau sekitar tahun 801 Masehi. Ia merupakan salah satu penerjemah karya-karya Filsafat Yunani dan Helenisme. Salah satu kontribusi terkenalnya adalah upayanya dalam menyesuaikan filsafat dengan ajaran agama. 

Corak pemikiran Al-Kindi mengadopsi unsur-unsur pemikiran dari Aristoteles dan Plato, tapi tetap memiliki pemahaman mendalam terhadap ajaran agama Islam. 

Contohnya, dalam membahas masalah asal-usul alam semesta, Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles yang menganggap alam semesta ini abadi. 

Baginya, alam semesta adalah ciptaan Allah yang diciptakan dari ketiadaan dan akan kembali menjadi ketiadaan atau dikenal dengan creation ex nihilio.

2. Al-Farabi

Al-Farabi, yang nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan Abu Nasr Al-Farabi, dilahirkan di Wasij dekat Farab di wilayah Transoxiana. 

Diketahui bahwa Al-Farabi berasal dari keluarga seorang jenderal Turki. Selain memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang pengobatan, sains, matematika, dan sejarah, dia terkenal sebagai seorang ahli filsafat yang ulung. 

Al-Farabi secara khusus memperdalam pemikiran filsafat, terutama dalam mempelajari falsafah serta teori Sokrates, Plato, dan Aristoteles dengan tujuan untuk merumuskan teori dan konsep tentang kebahagiaan. 

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Al-Farabi dianggap sebagai salah satu yang paling memahami filsafat Aristoteles. Meskipun dipengaruhi oleh filsafat Yunani, namun ia menentang pendapat Plato yang menganjurkan konsep pemisahan dalam kehidupan manusia.

3. Ibnu Miskawaih

Ibnu Maskawaih memiliki nama lengkap Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Miskawaih. Ia dianggap sebagai Bapak Etika Islam karena dia merupakan tokoh pertama yang mengembangkan teori etika dan menulis buku tentang ilmu etika. 

Pemikiran filosofis Ibnu Miskawaih berakar pada ajaran Islam, namun ia juga menerima dan menggabungkan pemikiran Plato dan Aristoteles sebagai pelengkap selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. 

Ia juga dikenal sebagai Bapak Filosofi Akhlak karena fokus utamanya adalah pada masalah moralitas. Ibnu Maskawaih berpendapat bahwa kebahagiaan manusia terdiri dari aspek jasmani dan rohani.

4. Ibnu Sina 

Ibnu Sina yang juga dikenal sebagai Avicenna, merupakan salah satu filsuf dan ilmuwan terkemuka dalam sejarah Islam. 

Dia dilahirkan sekitar tahun 980 H atau sekitar tahun 1037 Masehi di Afsyna dekat Bukhara. Keunggulan Ibnu Sina mencakup berbagai bidang pengetahuan, termasuk kedokteran, fikih, spiritualitas, politik, dan filsafat. 

Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah "Kitab al-Shifa", sebuah ensiklopedia filsafat yang besar. 

Selain itu, dia juga menulis "Al-Qanun fi al-Tibb", sebuah ensiklopedia tentang ilmu kedokteran. Di samping itu, dia juga menghasilkan karya-karya lain yang berkaitan dengan psikologi, metafisika, kosmologi, logika, dan lain-lain.

5. Ikhwan Al-Shafa

Setelah kematian Al-Farabi, muncul sebuah kelompok yang menyebut diri mereka sebagai Ikhwan Al-Shafa. 

Sebagai suatu perkumpulan atau organisasi yang bersifat rahasia, Ikhwan al-Shafa memusatkan perhatiannya pada dakwah dan pendidikan. Mereka juga mewarisi sebuah karya ensiklopedis tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dikenal sebagai "Rasail Ikhwan ash-Shafa". 

Karya ini membahas berbagai bidang ilmu, termasuk matematika, fisika, psikologi, metafisika, dan lain-lain.

6. Al-Ghazali

Imam al-Ghazali dikenal sebagai seorang filosof yang memiliki daya ingat yang kuat dan kebijaksanaan dalam berargumen. Dia diberi gelar Hujjatul Islam karena keahliannya dalam berbagai bidang pengetahuan. 

Al-Ghazali dilahirkan di desa Thus, wilayah Khurasan, pada tahun 450 H atau sekitar tahun 1056 M, dan meninggal dunia di kota yang sama pada tahun 505 H atau sekitar tahun 1111 M. 

Karya-karya penting Al Ghazali antara lain adalah "Tahafut al-Falasifah" (kerancuan kaum filosof), di mana al-Ghazali mengkritik filsafat dan para filosof dengan tajam. Kemudian ada "Ihya' Ulum al-Din" (menghidupkan ilmu-ilmu agama), yang merupakan karya terbesarnya yang merangkum pemikiran Islam secara komprehensif. 

7. Ibnu Bajjah

Ibnu Bajjah adalah seorang filsuf Arab Muslim terkemuka dari Spanyol. Ia lahir pada tahun 1802 M di Saragosa, Spanyol, sebagai anak dari seorang perajin emas. 

Ibnu Bajjah dikenal sebagai filsuf Muslim pertama yang memisahkan antara agama dan filsafat. Namun demikian, Ibnu Bajjah tidak menolak agama. 

Sebaliknya, dia menganggap agama dapat dipahami secara rasional. Dalam pemikirannya, Ibnu Bajjah membahas hakikat kebenaran, kebahagiaan hidup, dan cara memperoleh kebahagiaan tersebut melalui kegiatan yang melibatkan akal pikiran. 

Dasar filsafat Ibnu Bajjah adalah ilmu matematika dan ilmu alam. Metode filsafatnya mirip dengan metode yang dikembangkan oleh Immanuel Kant.

8. Ibnu Tufail

Ibnu Thufail adalah seorang filsuf yang mengembangkan teori filsafatnya melalui sebuah novel yang ia tulis, yang dikenal sebagai Hayy Ibn Yaqzha. 

Ibnu Thufail lahir di Cadix, Provinsi Granada, Spanyol, pada tahun 506 H atau sekitar tahun 1110 M. Keterampilannya dalam menulis novel dengan bahasa yang sederhana namun memiliki nilai sastra yang tinggi membuatnya dihormati sebagai seorang filsuf, sastrawan, dan agamawan oleh para pemikir dan sastrawan di seluruh dunia yang terinspirasi oleh karyanya. Karya ini masih menarik perhatian dan merupakan objek kajian yang menarik hingga saat ini.

9. Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd, yang juga dikenal sebagai Averroes merupakan seorang filsuf Muslim terkemuka yang lahir di Andalusia, Spanyol, sebuah pusat peradaban Islam yang berkembang dan menghasilkan banyak ilmuwan terkenal. 

Menurut Ibrahim Madkur, Ibnu Rusyd adalah seorang filsuf Muslim yang aktif pada tahap terakhir perkembangan Filsafat Islam. 

Setelah kematiannya, Filsafat Islam secara perlahan mengalami kemunduran karena kritik tajam yang dilontarkan oleh al-Ghazali terhadap beberapa masalah filsafat dalam karyanya, "Tahafut al-Falasifah".

Ketika budaya filosofis mulai dikecam dan ditinggalkan oleh umat Islam, pemikiran-pemikiran filsafat tersebut mulai beralih ke Eropa, di mana mereka diadopsi dan dikembangkan lebih lanjut oleh murid-murid Ibnu Rusyd. 

Sebagai seorang komentator Aristoteles yang terampil, tidaklah mengherankan jika pemikiran Ibnu Rusyd sangat dipengaruhi oleh Filsafat Yunani. Ibnu Rusyd menghabiskan waktu untuk menafsirkan dan memberikan komentar atas karya-karya Aristoteles, dengan tujuan mengembangkan pemikiran Aristoteles dalam bentuk yang lebih asli.

RIZKI DEWI AYU 

Pilihan Editor: Profil Hassan Ar-Rammah Penemu Komposisi Bubuk Mesiu