Sering Diartikan Makanan Ringan untuk Berbuka Puasa, Ini Arti Takjil Sebenarnya

Pembeli membeli takjil untuk berbuka puasa pada bulan Ramadan di Jalan Panjang, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Pedagang takjil disini menjadi alternatif warga Jakarta dan sekitarnya yang mencari beraneka ragam hidangan berbuka puasa di bulan Ramadan. TEMPO/Fajar Januarta
Pembeli membeli takjil untuk berbuka puasa pada bulan Ramadan di Jalan Panjang, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Pedagang takjil disini menjadi alternatif warga Jakarta dan sekitarnya yang mencari beraneka ragam hidangan berbuka puasa di bulan Ramadan. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta - Selama ini, takjil diartikan sebagai hidangan atau kudapan ringan untuk berbuka puasa. Namun faktanya, makna asli takjil lebih luas dari itu.

Kata takjil berasal dari bahasa Arab ‘ajila, dikutip dari situs Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, ada pula yang menyebut asal katanya dari ta'jiilul fithr. Kedua kata tersebut bermakna sama, yakni "menyegerakan" atau "cepat-cepat".

Dalam hal berpuasa, takjil dapat diartikan sebagai menyegerakan berbuka puasa ketika waktunya sudah tiba. Lebih tepatnya, takjil merupakan bentuk amalan untuk mempercepat berbuka puasa dan meraih pahala yang besar dalam Islam.

Sempat Diremehkan

Penempatan takjil sebagai sebutan menu buka puasa bermula dari proses penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, saat para wali berdakwah kerap memasak kolak sebagai sajian berbuka puasa.

Awalnya, tradisi-tradisi seperti mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka puasa sering kali diremehkan. Terlebih di lingkungan di mana agama dipraktikkan secara komunal, mistis, dan kepercayaan supranatural, mereka menganggap bahwa alasan untuk melakukannya hanyalah sebagai pembenaran bagi mereka yang tidak kuat menahan lapar.

Namun, seiring berjalannya waktu, tawaran ini mulai diikuti dan menjadi kebiasaan umum di masyarakat Indonesia.

Berbagi Takjil

Meskipun awalnya dianggap sebagai tradisi lokal, takjil kemudian dipopulerkan oleh gerakan tajdid seperti Muhammadiyah sebagai bagian dari pembaruan sosial dan kemanusiaan. Takjil menjadi simbol kepedulian dan kebersamaan umat Muslim dalam membagikan rezeki kepada sesama, sehingga meningkatkan keberkahan bulan Ramadan.

Lambat laun, kebiasaan ini berkembang menjadi tradisi memberikan takjil sebagai sumbangan kepada sesama umat Muslim atau jemaah masjid yang dilakukan secara bergantian selama bulan Ramadan.

Di Indonesia, takjil bukan hanya sekadar makanan ringan untuk membatalkan puasa, melainkan juga merupakan bentuk amal baik yang dianjurkan dalam agama Islam. Takjil menjadi budaya penting pada bulan puasa terutama di masjid-masjid, di mana umat Muslim berbondong-bondong memberikan takjil sebagai sumbangan kepada yang membutuhkan.

Dalam Islam, memberikan takjil dianggap sebagai amal yang mendatangkan pahala besar, sebagaimana hadis Rasulullah yang menyebutkan bahwa orang yang memberi buka kepada orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang berpuasa.

“Sesungguhnya orang yang berpuasa jika ia berbuka pada seseorang, maka malaikat akan mendo'akan orang tersebut hingga orang yang berpuasa tersebut selesai hajatnya, atau: Sampai menyelesaikan makanannya.” (HR Darimi dan Abu Ya'la dengan isnad Jayid)

PUTRI SAFIRA PITALOKA | HAN REVANDA PUTRA | RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION

Pilihan Editor: Ternyata Takjil Arti Sesungguhnya Bukan Menu Buka Puasa