Al-Quran Braille, Solusi Penyandang Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin

Rumah produksi Al Quran Brailler di Kota Tangerang Selatan sudah membuat Al Quran untuk penyandang tunanetra di Indonesia sejak 2012. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Rumah produksi Al Quran Brailler di Kota Tangerang Selatan sudah membuat Al Quran untuk penyandang tunanetra di Indonesia sejak 2012. (TEMPO/Muhammad Iqbal)

TEMPO.CO, Tangerang - Rumah produksi Al-Quran Braille di Yayasan Raudlatul Makfufin di Tangerang Selatan sudah 12 tahun memfasilitasi para tunanetra dalam membaca Al-Quran. Rumah produksi di Jalan Haji Jamat Gg Masjid 1 RT02/RW05 No 10 A Kampung Jati, Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Tangsel itu membuat sedikitnya 300 set Al Quran Braille di bulan Ramadan ini. 

Yayasan Raudlatul Makfufin ini memiliki empat tipe Al-Quran yang diproduksi khusus bagi penyandang tunanetra atau disabilitas netra. Empat tipe itu yakni, Al-Quran braille dengan terjemah, Al-Quran braille versi tadarus, Al-Quran three in one yang satu bukunya terisi dari 3 juz Al-Quran, dan Al-Quran two in one  yang dikemas dalam ukuran kecil dan satu bukunya terdiri dari 2 juz. 

Pengurus Yayasan Raudlatul Makfufin Ade Ismail mengatakan, Al-Quran Braille dicetak dalam huruf braille yang bisa memudahkan para tunanetra membaca ayat. 

"Al-Qurannya sama seperti Al-Quran dari tabi'in tapi kita menggunakan huruf braille, sedangkan hurufnya pun tetap huruf arab begitu. Jadi bukan huruf latin yang di Al-Quran-kan. Al-Quran braille ini diperuntukkan bagi para tunanetra agar mereka bisa menunaikan keimanan mereka, kewajiban mereka juga terhadap Al-Quran," kata dia, Rabu 20 Maret 2024. 

Rumah produksi Al Quran Brailler di Kota Tangerang Selatan, yang beroperasi sejak 2012, bagi penyandang tunanetra di Indonesia. TEMPO/Muhammad Iqbal

Menurut Ade, percetakan Al-Quran ini sudah berjalan sejak tahun 2000. Namun, untuk lokasi saat ini baru berjalan sekitar 12 tahun sejak 2012.

Pada dasarnya, Al-Quran buatan Yayasan Raudlatul Makfufin difokuskan untuk dibagikan kepada seluruh tunanetra yang membutuhkan di Indonesia. Untuk ongkos produksi, semua biaya operasionalnya dibantu oleh para donatur, mulai dari perorangan sampai kelompok masyarakat. 

"Pendanaannya kami bekerja sama dengan berbagai pihak, ada yang perorangan, ada yang kelompok masyarakat, komunitas, majelis taklim bahkan ada juga dari corporate-corporate melalui CSR-CSR mereka yang kemudian ingin mendonasikan dana yang mereka miliki itu untuk mencetak Al-Qur'an braille ini," ujarnya. 

Pada bulan Ramadan ini pesanan Al-Quran braille sudah mencapai 300 set. Di luar Ramadan, biasanya mereka hanya memproduksi lima set Al-Quran braille. 

"Kalo kami membuat Al-Quran braille itu sehari sekitar 5 set atau 5 buah Al-Quran, dari juz 1 sampai juz 30. Nah itu secara rutin kami memproduksi setiap hari. Alhamdulillah tahun ini kami bekerja sama dengan Darul Tauhid dan Rumah Zakat, bersama atas dukungan BPKH juga insyaallah memproduksi 300 set Al-Qur'an braille untuk bulan Ramadan ini," ujarnya.

MUHAMMAD IQBAL

Pilihan Editor: Bareskrim Sebut 33 Universitas di Indonesia Diduga Terlibat Perdagangan Orang Berkedok Magang Mahasiswa di Jerman