Segudang Manfaat Puasa bagi Penderita Diabetes

Editor

Dini Diah

Ilustrasi diabetes (pixabay.com)
Ilustrasi diabetes (pixabay.com)

TEMPO.CO, JakartaKetika memasuki bulan suci Ramadan, tubuh harus menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pola makan, pola tidur, dan pengaturan konsumsi obat bagi individu yang menderita penyakit tertentu. Bagi individu yang sehat, menjalani ibadah puasa mungkin tidak menimbulkan masalah signifikan. Namun, bagi mereka penderita diabetes, keputusan untuk berpuasa bisa menjadi dilema.

Banyak pasien diabetes memilih untuk tidak berpuasa karena khawatir akan mempengaruhi kadar gula darah mereka. Padahal, berpuasa sebenarnya dapat memberikan manfaat dalam mengendalikan gula darah. Diabetes, atau dikenal sebagai kencing manis, merupakan salah satu penyakit kronis di mana kadar gula darah dalam tubuh meningkat, mengganggu sistem metabolisme.

Berpuasa dapat menjadi pilihan baik bagi penderita diabetes asalkan dibahas terlebih dahulu dengan dokter. Sebelum sahur atau berbuka, target kadar gula darah sebaiknya berada di kisaran 80–130 mg/dL. Setelah makan, targetnya adalah kurang dari 180 mg/dL dengan nilai A1C kurang dari 7 persen. Namun, bagi penderita diabetes yang memiliki rata-rata gula darah di atas 300 mg/dL dan mengalami hipoglikemia berat dalam 3 bulan terakhir sebelum Ramadan, disarankan untuk tidak berpuasa.

Kenaikan kadar gula darah selama aktivitas ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pengaturan obat atau insulin yang tidak tepat karena perubahan pola makan, konsumsi makanan tinggi karbohidrat, kurangnya aktivitas fisik, serta stres, dehidrasi, dan perubahan hormonal. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan, kadar gula darah dapat tetap terkendali selama Ramadan. Berikut 5 manfaat puasa bagi penderita diabetes:

1. Meningkatkan Sensitivitas Insulin

Puasa dapat meningkatkan respons tubuh terhadap insulin, yang merupakan faktor kunci dalam mengelola kondisi diabetes. Ketika seseorang berpuasa, tubuh menggunakan cadangan glukosa dalam bentuk glikogen sebagai sumber energi, sehingga pada gilirannya bisa membantu mengurangi resistensi insulin, yang sering menjadi masalah utama bagi penderita diabetes.

2. Menurunkan Berat Badan

Menurut sebuah penelitian dalam Nature Reviews: Endokrinologi pada Mei 2022, puasa intermiten membantu menurunkan berat badan sekitar 3-8% selama 8-12 minggu. Ini setara dengan hasil dari diet rendah kalori konvensional. Saat berpuasa selama 8 jam, tubuh mengalami perubahan yang signifikan. Jika ingin menurunkan berat badan saat berpuasa, penting untuk memilih makanan dan minuman dengan bijak serta mengurangi asupan kalori secara keseluruhan. Pastikan untuk tidak melewatkan sahur agar tubuh tetap mendapatkan energi yang cukup selama puasa. Konsumsi makanan tinggi serat, seperti sereal, gandum, dan beras merah, dapat membantu menjaga kenyang lebih lama.

3. Mengurangi Dosis Obat

Melansir dari Diabetic Medicine (2007) menyatakan bahwa puasa dapat mempengaruhi dosis insulin yang diperlukan oleh penderita diabetes. Studi tersebut menemukan jika penderita diabetes tipe 1 berhasil berpuasa maka dapat mengurangi dosis insulin yang diperlukan. Ini menunjukkan bahwa salah satu manfaatnya bagi penderita diabetes adalah mengurangi ketergantungan pada insulin.

4. Menjaga Kesehatan Organ Tubuh

Tubuh umumnya menyimpan glukosa sebagai cadangan energi. Proses penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen di hati membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Ketika penderita diabetes berpuasa dalam waktu yang cukup lama, tubuh mulai membakar lemak sebagai sumber energi alternatif. Proses ini dapat memberi istirahat pada hati dan pankreas. Menurut penelitian dalam Jurnal Experimental and Therapeutic Medicine (2021) menjelaskan bahwa pembakaran lemak ini juga dapat membantu menurunkan berat badan.

5. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Melansir penelitian dari University of Southern California, puasa juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Saat berpuasa, tubuh memasuki mode "hemat energi", di mana sel-sel imun yang tidak lagi diperlukan, terutama yang rusak, didaur ulang. Hal ini memperbaharui sistem kekebalan tubuh. Berpuasa juga mengaktifkan proses ini, di mana sel-sel imun yang tidak diperlukan didaur ulang, terutama yang rusak, sehingga memperbarui sistem kekebalan tubuh.

Perlu diingat bahwa tidak semua orang dengan diabetes cocok untuk berpuasa. Pastinya setiap individu memiliki kebutuhan berbeda, dan penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memutuskan untuk berpuasa. Pengelolaan yang tepat dari diet, obat-obatan, dan manajemen diabetes lainnya harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Namun, dengan pengawasan yang tepat, puasa bisa menjadi alat efektif dalam mengelola diabetes dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

MAGDALENA NATASYA