Mengenal Sosok Abrahah, Panglima yang Gagal Menghancurkan Mekah

Puluhan ribu jemaah haji mengelilngi Kabah di dalam Masjidil Haram, Mekkah, Minggu (14/11).Ritual ibadah umat Islam yang dilakukann oleh sekitar 2,5 orang dari segala penjuru dunia, menjadikan pertemuan tahunan terbesar  di seluruh dunia. (AP Photo/Hassan Ammar).
Puluhan ribu jemaah haji mengelilngi Kabah di dalam Masjidil Haram, Mekkah, Minggu (14/11).Ritual ibadah umat Islam yang dilakukann oleh sekitar 2,5 orang dari segala penjuru dunia, menjadikan pertemuan tahunan terbesar di seluruh dunia. (AP Photo/Hassan Ammar).

TEMPO.CO, Jakarta - Abrahah adalah seorang panglima besar pemimpin pasukan bergajah yang menyerang Mekah untuk menghancurkan Ka'bah. Merangkum laman Islam NU, penduduk Mekah, melalui pemimpin mereka, Abdul Muthalib mendapat kabar bahwa kota mereka akan diserang oleh Abrahah dan pasukan bergajah miliknya. Abrahah dan pasukannya datang ingin menghancurkan Ka'bah yang selalu dimuliakan oleh penduduk Mekah. Pasukan tersebut berasal dari negeri Yaman yang berada dalam kekuasaan Abessinia (sekarang Ethiopia). 

Abrahah dan para pemimpin Abessinia merasa iri dan dengki terhadap penduduk Mekah dengan Ka'bahnya. Hal ini karena Ka'bah senantias dikunjungi oleh para pelancong dari seluruh penjuru Arab, baik itu untuk berhaji atau hanya sekedar berziarah. Perasaan iri dan dengki tersebut yang menjadi latar belakang maksud dari penyerangan yang mereka lakukan.

Abrahah dan para pemimpin Abessinia menginginkan agar tempat ziarah berada di Yaman, bukan di Mekah. Akhirnya mereka membangun gereja megah di Sana'a yang dinamai al-Qalid, dengan harapan bisa menjadi tempat ibadah haji terbesar di seluruh Arab dan menyaingi Mekah. Namun usaha mereka tidak membuahkan hasil sebab Ka'bah masih menarik para pelancong untuk mengunjunginya. Pendirian gereja itu juga mengundang kemarahan dari suku yang tersebar di Hijaz dan Najd. 

Martin Lings dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik (2015) menuliskan bahwa seseorang dari suku Kinanah yang memiliki hubungan nasab dengan Quraisy, meruntuhkan gereja tersebut. Alhasil Abrahah merasa geram dan bersumpah akan meratakan Ka'bah. Ditambah lagi, Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (1980) menyebutkan orang-orang Arab hanya berniat berziarah ke Mekah. Mereka menilai ziarah tidak akan sah apabila tidak di Ka'bah.

Api kedengkian kian menyulut Abrahah. Kemudian ia mengambil keputusan untuk menyerang Mekkah, dan tampil paling depan di atas seekor gajah besar. Dengan dipimpin Abrahah, pasukan besar dari Yaman yang sebagian besar mengendari gerjah berbaris menyerbu kota Mekkah sekaligus menghancurkan Ka'bah. Mengetahui Ka'bah akan dihancurkan, Abdul Muthalib dan rakyatnya tidak dapat berbuat banyak karena pasukan Abrahah sangat kuat.

Abrahah bersiap memasuki Mekah dan menyiapkan gejahnya yang bernama Mahmud. Bala tentaranya pun sudah disiapkan. Setelah semua siap, tentara Abrahah menghadapkan gajahnya ke arah Mekkah. Saat Abrahah sampai di dekat Mekah, tepatnya di al-Magmas, ia memerintahkan tentaranya untuk merampas ternak milik penduduk Mekah dan sekitarnya. Sebagian darinya, sekitar 200 unta adalah milik Abdul Muthalib.

Sebelum pergi, Abdul Muthalib menyempatkan untuk pamit terlebih dahulu ke Ka'bah. Di sana ia berdoa serta menyerahkan pemeliharaan Ka'bah sepenuhnya kepada Tuhan yang Maha Perkasa. Doanya itu diuntainya dalam sebuah syair dengan sangat memelas, "Wahai Tuhanku, tidak ada yang ku harapkan selain dari-Mu. Wahai Tuhanku, selamatkan rumah-Mu dari serangan mereka. Sesungguhnya mereka yang akan merusak bait-Mu, adalah musuh-Mu."

Doanya yang tulus dan sangat bersungguh-sungguh itu dikabulkan oleh Allah SWT. Sebelum tentara Abrahah menjamah Ka'bah, mereka sudah disambut oleh gerombolan burung Ababil yang melemparkan bebatuan hingga mereka binasa bagaikan dedaunan yang dimakan ulat. Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Quran surat Al-Fil ayat satu sampai lima. Allah SWT mengirim sekelompok burung dari arah laut. Setiap burung membawa satu batu di paruhnya dan dua batu di kakinya. 

Tidak seorang pun yang tidak binasa terkena batu yang besarnya lebih besar dari kacang itu, mereka lari tunggang langgang. Abdul Muthalib yang menjadi saksi bagaimana Allah SWT melindungi Ka'bah dari serangan pasukan Abrahah memiliki alasan yang kuat. Sebab di tengah peristiwa penyerangan itu, seorang anak laki-laki dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab, lahir. Abdul Muthalib menginginkan cucunya itu kelak bisa menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nha di bumi. Ia memberi nama sang cucu dengan nama Muhammad.

Pilihan Editor: Hari Ini Bertepatan Tanggal Penyerangan Abrahah ke Ka'bah di Mekah

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.