TEMPO.CO, Jakarta -
Mulanya sebagai penguasa Yaman, Abrahah ingin menyebarkan agama Nasrani di wilayah Arab. Untuk mencapai tujuannya tersebut, Abrahah membangun katedral bernama Alqulays di atas sebuah reruntuhan kota Ma'rib untuk menarik perhatian masyarakat Arab. Alih-alih memuja keindahan bangunan yang ia bangun, masyarakat Arab tetap menaruh Ka'bah sebagai tempat yang diminati untuk diziarahi.
Rasa iri terhadap keramaian Ka'bah yang lebih sering dikunjungi peziarah itui bukan satu-satunya alasan penyerangan militer Raja Abrahah ke Ka'bah. Kemarahan Abrahah meluap karena kegagalannya menghubungkan wilayah Habasyah dan dan Romawi dari semenanjung Arab selama Ka'bah dan Arab belum dikuasai. Itu sebabnya, ia menetapkan pilihan menuju Mekah dengan pasukan tentara dari Abbesenia dengan menunggangi gajah.
Dalam kisah selanjutnya, Raja Abrahah ingin menghancurkan Ka'bah dengan pasukan gajahnya namun ia dan pasukannya tidak pernah sampai ke Masjidil Haram, sebagaimana menurut dari Surah Al-Fiil, Abrahah dan pasukan gajahnya dijatuhi batu-batu panas yang dibawa burung Ababil yang membuat mereka binasa tanpa pernah sampai ke Kakbah. Dengan bantuan Allah swt, Ka'bah berhasil dijaga dan dilindungi dari serangan Abrahah dan pasuknanya.
Pada akhirnya peristiwa yang terjadi pada 20 April 570 M, itu ditandai dengan sebutan Tahun Gajah yang juga bertepatan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW.
TEGUH ARIF ROMADHON
Baca: Fenomena Langka Bulan Purnama Akan Tegak Lurus dengan Ka'bah