Ziarah ke Makam Habib Kuncung, Siapakah Ulama Ini?

Gerbang Makam Habib Kuncung. Foto: Maria Fransisca Lahur
Gerbang Makam Habib Kuncung. Foto: Maria Fransisca Lahur

TEMPO.CO, Jakarta - Makam Habib Kuncung menjadi salah satu destinasi wisata religi yang populer di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tempat ini menjadi saksi sejarah keberadaan Islam di Jakarta dan menyimpan kisah-kisah inspiratif dari para tokoh Islam.

Dikutip dari Laduni.id, Habib Kuncung atau yang memiliki nama asli Habib Ahmad bin Alwi Al-Haddad adalah seorang ulama besar yang terkenal pada zamannya.

Habib Kuncung merupakan wali Allah yang juga keturunan ke-40 dari Nabi Muhammad SAW, yang menyebarkan agama Islam di Indonesia. Saking populernya, ia sering melakukan perjalanan bolak-balik dari Jakarta ke Bogor.

Habib Kuncung dikenal sebagai sosok yang sangat dekat dengan masyarakat Jakarta dan mempunyai pemahaman Islam yang toleran serta selalu memperjuangkan keadilan.

Dengan berziarah ke makam Habib Kuncung, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sejarah dan budaya Islam di Jakarta Selatan serta memperkuat keberagaman dan toleransi antarumat beragama.

Daya tarik ziarah ke makam Habib Kuncung

Di sisi lain, menurut penelitian oleh Adinda Shafa Ardiyanti (2023), daya tarik wisata yang dapat ditemukan di sekitar Makam Habib Kuncung dan Masjid Jami At Taubah termasuk dalam kategori budaya dan sejarah yang memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh tempat lain.

Pengunjung yang datang tidak hanya berziarah, tetapi juga dapat mengunjungi Masjid Jami At Taubah yang memiliki sejarah menarik untuk dinikmati. Selain itu, pengelola Makam Habib Kuncung dan Masjid Jami At Taubah juga menyelenggarakan kegiatan keagamaan.

Untuk mendukung kegiatan wisata religi, pengelola telah membangun sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan yang ingin berkunjung.

Hukum berziarah saat bulan Ramadan

Melansir dari islam.nu.or.id, tidak ada perintah atau larangan ziarah selama bulan suci Ramadan atau pada Hari Raya. Namun ziarah untuk mengunjungi makam orang tua, keluarga, guru, dan para ulama sangat disarankan.

Disebutkan bahwa inti dari ziarah adalah untuk memperkuat keimanan dengan mengingat kematian. Sebab dalam ajaran Islam, dunia hanyalah tempat sementara untuk mencari keberkahan. Jika tidak pandai melapisinya dengan iman dan ilmu, maka manusia akan terjatuh dalam kesesatan.

Manfaat tersebut membuat ziarah jauh lebih baik daripada menghabiskan waktu hanya memikirkan dunia, kekayaan, uang, dan sejenisnya yang tidak ada batasnya. Hal semacam ini bahkan dapat membawa manusia ke dalam kesengsaraan.

Kapan sebaiknya ziarah dilakukan?

Ziarah sebenarnya dapat dilakukan kapan saja. Namun orang yang senang berziarah dapat mengambil inisiatif untuk mengirim doa pada hari-hari yang penuh rahmat dan ampunan, yakni pada bulan Ramadan dan pada Hari Raya Idul Fitri.

Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam Harawi menjelaskan tentang hari ziarah, bahwa tidak ada hadis sahih yang mengatur tentang hari tertentu untuk melakukan ziarah kubur, dan tidak ada pembatasan berapa kali melakukan ziarah.

Akan tetapi, terdapat penjelasan mengenai keutamaan ziarah pada hari Jumat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Siapa ziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya pada setiap hari Jumat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan mencatat sebagai bakti dia kepada orang tuanya (HR Hakim).

Pilihan Editor: 3 Tempat Wisata Religi di Jakarta Selatan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.