TEMPO.CO, Jakarta - Di jalan-jalan berdebu dan padat di kota tua Dhaka, hidangan khas yang menjadi incaran saat buka puasa Ramadan warga Bangladesh adalah boro baper polay khay. Kuliner cepat saji ini memadukan rasa Bengali dan Timur Tengah dengan dengan resep yang berasal dari Kekaisaran Mughal.
Makanan kaki lima yang populer di wilayah bersejarah ibu kota Bangladesh, bisa dibilang bukan untuk orang yang lemah hati. Kelezatan yang dapat dinikmati selama bulan suci Ramadan, disajikan dengan murah hati dan menggugah selera, tetapi sarat dengan kolesterol dan kalori.
Makanan ini dimasak dengan setidaknya selusin bumbu. Boro baper polay khay terdiri atas nasi, lentil, buncis, daging sapi atau kambing, dan dibumbui dengan jintan, ketumbar, dan kapulaga.
Disajikan dengan kuah yang banyak, terbuat dari campuran yogurt, bawang bombay, dan cabai hijau. Makanan ini kemudian dihias dengan bawang goreng renyah dan daun ketumbar segar.
Boro baper polay khay diyakini telah dibuat oleh para pekerja Masjid Boro Bari di Old Dhaka sejak empat abad yang lalu. Nama hidangan tersebut secara harfiah berarti "makanan yang dimakan oleh putra seorang ayah yang kaya".
“Saya menyiapkannya dengan 12 bahan dan 12 bumbu,” kata Mohammed Salekin, salah satu dari banyak pedagang kaki lima yang mengkhususkan diri pada boro baper polay khay.
“Saya menyiapkan makanan dengan ghee murni. Orang-orang menganggapnya enak, dan mereka datang ke sini lagi dan lagi.”
Dia adalah juru masak generasi ketiga yang terlibat dalam bisnis kuliner yang bersarang di Old Dhaka, area yang terkenal dengan arsitektur era Mughal dan sering dikunjungi oleh penduduk lokal dan turis.
Koki Amir Hussain Jewel, yang bersaing untuk merebut pangsa pasar pelanggannya melalui sedikit penyesuaian pada hidangan khasnya, mengatakan bahwa dia menghindari menambahkan daging sapi ke dalam hidangan agar lebih enak.
“Saya menyiapkan boro baper polay khay dengan 12 bahan dan 12 bumbu kecuali daging sapi agar semua orang, termasuk Hindu dan Muslim, bisa mencicipinya,” katanya kepada Arab News.
Meskipun melonjaknya inflasi dan kenaikan harga bahan-bahan yang telah menyebabkan kenaikan harga satu porsi menjadi $8 dari $6 tahun lalu, pecinta kuliner tetap tidak terpengaruh dalam memesan hidangan khas tersebut.
“Anda bisa mencicipi semua rasa Dhaka lama dalam satu menu. Ini adalah keistimewaan dari makanan ini,” kata pelanggan Dr. Omar Faruk. “Ini kebiasaan setiap Ramadan, kami akan datang ke sini setidaknya sekali dan membawa pulang makanan. Ini adalah makanan yang mewakili tradisi.”
Dan rasa unik kelezatannya memaksa mereka yang pernah mencicipinya sekali untuk menjadi pelanggan tetap. “Nikmat sekali,” kata pelanggan lainnya, Happy Akter, sembari membeli boro baper polay khay untuk buka puasa. “Makanya saya beli setiap tahun. Boro baper polay khay rasanya unik, seperti namanya.”
Pilihan Editor: Manisnya Kunafa, Hidangan Favorit Buka Puasa Warga di Jalur Gaza
ARAB NEWS