Kapan Waktu yang Tepat untuk Berolahraga saat Puasa? Ini Tips dari Dosen FK Unair

Reporter

Editor

Devy Ernis

Ilustrasi pria buncit berolahraga. Foto : freepik
Ilustrasi pria buncit berolahraga. Foto : freepik

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Lilik Herawati berbagi tips berolahraga saat bulan puasa. Menurutnya, menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani merupakan hal penting.

Saat berpuasa, dia menganjurkan melakukan olahraga dengan intensitas ringan sampai sedang. Untuk jenis olahraganya disesuaikan dengan kondisi masing-masing, dapat berupa jogging, berjalan, bersepeda, maupun senam.

Dia mengatakan bagi remaja atau dewasa yang tidak memiliki gangguan dalam persendian, tidak ada penyakit tertentu, dan berat badan normal, dianjurkan melakukan jogging.

Namun, bagi lansia maupun seseorang yang overweight atau obesitas, sebaiknya cukup berjalan dan bersepeda. "Karena, jika berlari dapat membahayakan sendi-sendi lutut," ujarnya dilansir dari laman Unair pada Rabu, 30 Maret 2023. Menurutnya, berenang sebenarnya juga boleh, tetapi saat puasa khawatir ada air yang tertelan.

Cara mengukur intensitas olahraga
Lilik menjelaskan beberapa cara membedakan intensitas olahraga, yang paling mudah yakni dengan tes bicara. Jika seseorang yang sedang olahraga bisa sambil bernyanyi dan berkomunikasi dengan lawan bicara, maka itu termasuk kategori olahraga intensitas ringan. 

Sedangkan, jika bicara masih bisa namun sulit untuk bernyanyi, maka itu termasuk olahraga kategori intensitas sedang. "Sementara, jika telah kesusahan bicara, apalagi menyanyi saat olahraga, maka itu termasuk intensitas berat," ujarnya.

Penyesuaian intensitas dan waktu olahraga saat bulan puasa perlu diperhatikan. Dia menyarankan waktu yang ideal berolahraga yakni saat menjelang berbuka puasa. Hal ini dikarenakan ketika olahraga cenderung terjadi kehilangan cairan tubuh dan merasa haus, yang dapat segera kembali pulih saat berbuka. "Kalaupun dilakukan di pagi hari setelah sahur juga boleh, asalkan tidak terlalu berat," ujarnya.

Dia mengatakan jika memang olahraganya hanya sempat di pagi hari, sebaiknya cukup peregangan saja sekitar 30 – 60 menit atau kurang, yang penting menyesuaikan dengan kondisi tubuh dan kebiasaan. 

Begitu pula jika malam hari setelah pulang kerja dan sedang lelah, sebaiknya tidak perlu dipaksakan olahraga. Hal ini dapat memicu efek yang tidak diinginkan dan meningkatkan risiko cedera.

“Kalaupun bisanya selepas tarawih ya gunakan jenis olahraga ringan sampai sedang. Sementara olahraga berat tidak perlu dulu karena irama hormonal kortisol yang lebih rendah saat malam,” jelas dosen Fisiologi dan Ilmu Kesehatan Olahraga FK UNAIR itu.

Di samping itu, Lilik menyebutkan tips berolahraga aman selama berpuasa untuk orang yang memiliki riwayat penyakit tertentu. Pertama, konsultasi ke dokter terlebih dahulu. Kedua, apabila diizinkan berolahraga, ikuti saran dokter tersebut. Namun, tubuh jangan dibiarkan lama tidak bergerak kecuali memang ada indikasi tidak boleh bergerak. 

Selain itu, upayakan aktivitas fisik sehari-hari diubah menjadi olahraga. Misalnya ketika berjalan, jalannya dibuat jalan ala olahraga. Ataupun ketika naik ke lantai dua lebih baik menggunakan tangga daripada eskalator atau lift.  

“Jadi, dengan aktivitas olahraga yang tepat dapat memberikan manfaat. Layaknya obat, jika dosisnya pas akan memberikan manfaat, tetapi jika kurang ya tidak bermanfaat, apalagi jika berlebihan ya bisa membahayakan,” katanya.

Pilihan Editor: Wisudawan Tertua ITS Lulus Usia 69 Tahun, Punya 10 Gelar Magister dan 2 Doktor