Cina Lagi-lagi Batasi Umat Muslim Uighur Berpuasa Ramadan

Reporter

Demonstran etnis Uighur menggelar aksi protes di depan konsulat Cina di Istanbul, Turki, 30 November 2022. REUTERS/Dilara Senkaya
Demonstran etnis Uighur menggelar aksi protes di depan konsulat Cina di Istanbul, Turki, 30 November 2022. REUTERS/Dilara Senkaya

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina membatas umat Muslim Uighur menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan tahun ini. Dilansir dari Radio Free Asia, anak-anak Uighur dilarang berpuasa. Pihak berwenang juga akan bertanya kepada anak-anak apakah orang tua mereka berpuasa atau tidak.

“Selama Ramadan, pihak berwenang meminta 1.811 desa (di Xinjiang) untuk menerapkan sistem pemantauan sepanjang waktu, termasuk inspeksi langsung ke rumah keluarga Uighur,” kata  juru bicara Kongres Uighur Dunia Dilshat Rishit. 

Dan 11,4 juta Muslim Hui Cina , yang berabad-abad memeluk agama Islam, berada dalam bahaya. Di bawah aturan agama kejam Partai Komunis, menurut kelompok hak asasi manusia, ada upaya untuk menghapus mereka dari Cina.

Dalam laporan kelompok hak asasi manusia, mereka telah diidentifikasi oleh Beijing sebagai ancaman yang harus diselesaikan melalui asimilasi paksa. Ini sangat kontras dengan kebebasan yang mereka nikmati sebelum Presiden Xi Jinping meluncurkan serangan baru terhadap ibadah agama. Orang-orang Kristen, Muslim, dan Buddha harus tunduk pada kontrol partai dan penyensoran kehidupan keagamaan mereka di bawah program sinisasi.

Sebelumnya, anggota komunitas Hui dapat berpartisipasi secara terbuka dalam komunitas masjid, sekolah Arab, dan ibadah pribadi, meskipun di bawah batasan yang difasilitasi oleh penghubung partai. "Pengusaha Hui didorong untuk mengembangkan hubungan bisnis dan pariwisata dengan dunia Muslim yang lebih luas sebagai bagian dari Belt and Road Initiative."

Namun saat Xi Jinping berkuasa, ia dipengaruhi oleh retorika Islamofobia yang telah merasuki wacana kontraterorisme global. "Mereka melakukan kampanye kontraterorisme di Xinjiang, dengan lebih dari 100.000 Hui dikirim ke kamp pendidikan ulang bersama orang Uighur," kata laporan tersebut.

Presiden Joe Biden pada hari Kamis mengatakan Amerika Serikat mendukung komunitas Muslim yang menderita kesulitan dan penindasan. “Hari ini khususnya, kita mengingat hak asasi manusia universal untuk mengamalkan, berdoa, dan menyebarkan keyakinan kita secara damai dan terbuka,” katanya dalam sebuah pernyataan yang menandai dimulainya Ramadan.

“Amerika Serikat berdiri dalam solidaritas dengan Muslim yang terus menghadapi penindasan, termasuk Uighur di Cina, Rohingya di Burma, dan komunitas Muslim lainnya yang menghadapi penganiayaan di seluruh dunia,” katanya.

Turghunjan Alawudin, ketua komite agama di Kongres Uighur Dunia, menyambut baik pernyataan Biden. “Kita bisa melihat dari ucapan selamat ini bahwa keyakinan agama sangat dihormati di negara-negara demokrasi,” katanya. "Cina tidak menghormati budaya atau mentolerir kepercayaan agama orang lain tetapi memperlakukan budayanya sendiri sebagai yang tertinggi. Alih-alih memberi selamat kepada umat Islam atas kedatangan Ramadhan, Cina terus melarang umat Islam untuk berpuasa dan berdoa."

"Cina telah menunjukkan permusuhan ekstrem terhadap keyakinan agama dan tradisi baik Uighur dengan lebih membatasi semua aspek hari libur nasional dan keagamaan Uighur. Cina melanjutkan genosida yang sedang berlangsung terhadap Muslim Uighur dalam upayanya untuk menghapusnya," katanya.

RADIO FREE ASIA | OPINDIA 

Pilihan Editor: Zakir Naik Dikabarkan Ditangkap di Oman, Pengacara: Akan Kembali ke Malaysia