Melayu Lingga Selenggarakan Haul Jamak atau Kenduri Arwah Menjelang Ramadan

Reporter

Ilustrasi haul jamak. Foto : kemendikbud
Ilustrasi haul jamak. Foto : kemendikbud

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Melayu Lingga kerap melaksanakan tradisi Haul Jamak menjelang Ramadan. Yaitu acara mendoakan keluarga maupun kerabat yang sudah meninggal dunia.

Mengutip situs Komunal di alamat komunalindonesia.dgip.go.id, Haul Jamak dalam masyarakat Melayu di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau disebut juga Kenduri Arwah. Haul Jamak dilakukan masyarakat laki-laki sesudah salat Magrib, baik di rumah maupun masjid setempat.

Terdapat tiga rangkaian acara Haul Jamak atau Kenduri Arwah, meliputi: tahlilan, mendoa, dan makan bersama. Biasanya, usai acara Haul Jamak, masyarakat akan menziarahi dan membersihkan kuburan orang yang telah didoakan.

Berdasar laman resmi Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau di situs disbud.kepriprov.go.id, Haul Jamak tak tanya dilaksanakan jelang Ramadan, tapi sesaat setelah seseorang meninggal dunia. Doa bersama dilakukan keluarga dan masyarakat setempat tiga malam berturut-turut setelah kematian seseorang, dilanjut pada hari ke 7, 20, 40, 60, 80, dan 100.

Biasanya, masyarakat yang hadir dalam Haul Jamak akan disuguhi berbagai kudapan ringan, dan minuman manis oleh tuan rumah. Secara filosofis, pemberian kudapan dimaknai sebagai ucapan terimakasih sekaligus hadiah pada masyarakat yang mau meluangkan mengikuti Haul Jamak.

Orang Melayu Lingga percaya bahwa setiap orang Islam, terutama keluarga dan kerabat yang sudah meninggal tak boleh begitu saja dilupakan. Di sisi lain, Haul Jamak turut memfasilitasi masyarakat menjalin silaturahmi, mengucapkan terima kasih, dan rasa kebersamaan.

DELFI ANA HARAHAP

Baca: Warak Ngendog dan Dugderan Tradisi Menjelang Bulan Ramadan di Semarang

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.