Saatnya Belajar Merencanakan Keuangan lewat Puasa Ramadan

Reporter

Ilustrasi keuangan. TEMPO/Subekti
Ilustrasi keuangan. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Umat Muslim menyambut Ramadan dengan antusiasme tinggi dan penuh sukacita karena merupakan bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Perencana keuangan Finansialku, Harryka Joddy, berbagi ilmu keuangan yang dipetik dari perintah berpuasa.

Di bulan suci ini, umat Muslim diperintahkan untuk melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh, sesuai dengan firman Allah pada QS. Al Baqarah ayat 183 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”

Selain itu, Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan penuh keberkahan. Allah SWT telah mewajibkan berpuasa di dalamnya, di bulan itu pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, di bulan itu setan-setan diikat, dan di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia akan terhalang.” (HR. An Nasai)

Makna puasa sendiri sangat erat kaitannya dengan konsep perencanaan keuangan. Pada saat praktek merencanakan keuangan, konsep menahan diri harus benar-benar dilakukan agar terjadi sebuah mindful spending pada saat membelanjakan uang. Mindful spending dapat diartikan mengeluarkan uang dengan bijaksana.

Sama halnya ketika menahan diri untuk makan dan minum saat berpuasa, kita pun harus menahan diri dalam membelanjakan harta yang dimiliki. Oleh karena itu, membahas proses perencanaan keuangan yang komprehensif tidak bisa dipisahkan dari semangat menahan diri untuk mencapai terwujudnya tujuan kehidupan.

Saat berpuasa seharusnya jumlah dan porsi makan akan berkurang dari sehari tiga kali menjadi hanya makan pada saat sahur dan berbuka saja. Namun kenyataannya berbeda, seringkali justru kita makan lebih banyak atau memilih makanan yang enak dan mahal dengan alasan balas dendam setelah satu hari penuh berpuasa sehingga mengakibatkan pengeluaran meningkat.

Barangkali inilah yang membuat sebagian orang merasa di balik antusiasme menyambut Ramadan terselip kegelisahan karena pengeluaran yang bisa semakin membesar. Terlebih di 2021 ini masih dilanda pandemi, kegelisahan ini bertambah dengan kekhawatiran tidak mendapatkan THR secara utuh, naiknya harga kebutuhan pokok, dan pengeluaran tak terduga lain.

Godaan diskon Ramadan dan acara buka bersama pun semakin menguras kantong. karena itu, kita seyogyanya mengimplementasikan makna menahan diri saat berpuasa pada perilaku keuangan.

Kita dapat mulai menahan diri dengan cara menyusun prioritas ketika ingin membeli sesuatu sehingga dapat mengeliminasi barang–barang yang sifatnya konsumtif. Di Ramadan pun kita dianjurkan untuk berbuat banyak kebaikan. Salah satunya dengan bersedekah.

Jadikan momen ini untuk berbagi rezeki yang telah dititipkan kepada kita. Pada bulan ini, prioritas keuangan sedikit berbeda. Jika sebelumnya pengeluaran berpusat pada pemenuhan kebutuhan, saat puasa pengeluaran digunakan untuk beribadah dan berbagi kebaikan akan lebih besar dari biasanya.

Esensi puasa dapat digunakan untuk melihat kembali betapa banyak pelajaran yang dapat diambil, khususnya dalam mengelola keuangan. Kita dapat belajar bagaimana harus menahan diri agar tidak boros, mengatur prioritas, dan berbagi kepada sesama. Semangat Ramadan seharusnya dimanfaatkan untuk memperbaiki apa yang kurang baik menjadi lebih baik, terutama dalam perencanaan keuangan.

Baca juga: Tips Olahraga kala Puasa Ramadan dari Pelatih Kebugaran