Ramadan, Asad Said Ali Sarankan Dai Ceramah Soal Bahaya Terorisme

Asad Said Ali. TEMPO/Aditia Noviansyah
Asad Said Ali. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Asad Said Ali Bulan, mengatakan Ramadan menjadi waktu yang tepat bagi seluruh masyarakat Indonesia bertabayun atau cek dan ricek dalam memerangi berita bohong (hoax), ujaran kebencian, serta penyebaran radikalisme dan terorisme.

“Kita selalu menyambut datangnya bulan suci Ramadan setahun sekali dengan ‘Marhaban Ya Ramadan’. Bulan ini kita diwajibkan bisa menahan diri dari segala macam yang membatalkan puasa, utamanya bicara ngelantur, hoax, dan menjelekkan orang. Dan satu lagi, menahan diri untuk melakukan tindakan terorisme yang mengatasnamakan agama,” kata Asad dalam keterangannya pada Rabu, 16 Mei 2018.

Asad pun menyarankan, selama bulan Ramadan, para dai bisa memberikan ceramah tentang bahaya radikalisme dan terorisme yang dilakukan orang-orang fasik atau jahat. Masyarakat perlu mengetahui bahwa aksi teror adalah perbuatan biadab yang menelan korban jiwa manusia serta materi yang sangat luar biasa.

Baca: Bulan Ramadan, Menteri Agama: Ruang untuk Muslim Menempa Diri

Selain itu, Asad meminta masyarakat terus diberikan pemahaman tentang budaya cek dan ricek. “Tidak boleh menelan informasi apa adanya. Harus dikonfirmasi dan dipikir apakah sisinya sesuai dengan ajaran agama atau sebaliknya, ingin menghancurkan agama,” ujar pria lulusan Universitas Gadjah Mada ini.

Intinya, kata Asad, masyarakat harus pintar memilih dan memilah berita. Sebab, kelompok radikal sering menggunakan media, baik media konvensional maupun media sosial, untuk menyebarkan hoax, yang bertujuan mengadu domba sehingga terjadi keributan dan keresahan dalam masyarakat.

Ihwal teror bom di Surabaya yang terjadi menjelang Ramadan, mantan Wakil Ketua Umum PBNU ini menilai kejadian tersebut sengaja dilakukan oleh kelompok radikal untuk mengganggu kedamaian dan kekhusyukan umat Islam menyambut datangnya bulan suci. Karena itu, ia mengajak seluruh umat Islam di Indonesia harus kembali pada pokok permasalahan bagaimana melaksanakan syariat Islam sesuai dengan aturan agar bisa berpuasa dengan khusyuk.

Baca: Bibir Kering Saat Puasa Ramadan, Ikuti Tips Youtuber Abel Cantika

“Teror kemarin itu bukanlah termasuk ajaran Islam. Saya berani mengatakan. Mereka yang melakukan teror itu, kalau di zaman Rasulullah dan zaman sahabat sudah terjadi dan disebutnya sebagai kelompok khawarij, kelompok yang keluar dari Islam,” kata Asad.

Asad pun berharap, dengan datangnya bulan puasa ini, orang-orang semacam itu (kelompok khawarij) bisa disadarkan. Meskipun saat ini mereka sudah terkontaminasi pemahaman salah yang didapat saat pergi ke Suriah, seperti khilafah, jihad, dan takfiri.

Ia mengajak umat Islam banyak merenung dan mawas diri agar bisa menjalankan ibadah Ramadan dengan khusyuk. "Beragamalah dengan ilmu karena agama tidak lepas dari ilmu. Jangan sampai kita menganut ilmu yang salah seperti bom bunuh diri itu,” kata Asad.

Baca: Ramadan Tiba, Pasar Benhil Menawarkan Berbagai Macam Takjil