Bulan Ramadan, Menteri Agama: Ruang untuk Muslim Menempa Diri

Reporter

Menteri Agama Lukman Hakim bersalaman dengan Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher setelah memberikan keterangan kepada media terkait hasil sidang Isbat untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan 1439 H, di kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, 15 Mei 2018. Sidang Isbat yang dipimpin oleh Menteri Agama Lukman Hakim itu, turut dihadiri sejumlah duta besar negara tetangga untuk Indonesia. TEMPO/Muhammad Hidayat
Menteri Agama Lukman Hakim bersalaman dengan Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher setelah memberikan keterangan kepada media terkait hasil sidang Isbat untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan 1439 H, di kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, 15 Mei 2018. Sidang Isbat yang dipimpin oleh Menteri Agama Lukman Hakim itu, turut dihadiri sejumlah duta besar negara tetangga untuk Indonesia. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan pesannya pada bulan Ramadan ini. Ia mengatakan bulan Ramadan adalah anugerah Allah untuk umat Islam yang harus disyukuri sehingga berharap setiap muslim menuntaskan bulan suci tersebut.

"Itulah kenapa ketika mengakhiri Ramadan dan memasuki Syawal, kita kembali ke fitrah," kata Lukman dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 18 Mei 2018.

Baca: Ramadan Tiba, Pasar Benhil Menawarkan Berbagai Macam Takjil

Lukman mengatakan Ramadan menjadi ruang bagi seorang muslim untuk menempa diri dan berlatih agar kembali ke jati diri manusia atau kepada fitranya. Fitrah, kata dia, terbagi dua, yaitu basariah dan insaniah, yang memiliki makna hampir serupa, tapi memiliki titik tekan berbeda. Basariah adalah unsur tanah pada diri manusia, sedangkan insaniah adalah unsur ruhaniyah.

Baca: Ucapan Selamat Puasa dari Putri Marino dan Selebriti Lainnya

Karena itu, kata Lukman, puasa harus menjadi kesempatan bagi seorang muslim meningkatkan kualitas diri. Saat menjalankan rukun Islam keempat itu, alangkah baiknya kualitas puasa bisa meningkat dari puasa awam menuju puasa khusus.

Puasa awam, menurut Lukman, sebatas menahan diri dari rasa haus, lapar, hubungan suami istri, dan hal membatalkan lainnya. Sementara puasa khusus, yaitu menjalankan puasa awam sekaligus menahan semua indera, baik mata, telinga, maupun seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat. "Ada lagi puasa khusus di antara kumpulan puasa khusus, seseorang mampu mengembalikan semua aspek kehidupannya kepada Tuhan," ucapnya.

Baca: Tetap Bugar Selama Puasa Ramadan, Olahraga dan Jaga Nutrisi