Bukan Ustad, Ridwan Kamil Sering Diminta Berceramah

Editor

Zed abidien

Walikota Bandung, Ridwan Kamil berpose dengan sepedanya di ruang Bandung Command Centre, Balaikota Bandung, Jawa Barat, 12 April 2016. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Walikota Bandung, Ridwan Kamil berpose dengan sepedanya di ruang Bandung Command Centre, Balaikota Bandung, Jawa Barat, 12 April 2016. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.COBandung - Bagi Ridwan Kamil, bulan puasa menjadi tantangan tersendiri untuk tetap produktif dan bersemangat dalam bekerja. Sebagai Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil setiap hari mendapat undangan menjadi penceramah setelah salat tarawih.

“Saya kan bukan ustad, tapi minimal menceritakan, lebih kayak Aa Gym-lah,” kata pria yang akrab disapa Emil ini saat dihubungi Tempo. Ketika berceramah, Emil biasanya menceritakan tema-tema yang bisa menguatkan karakter warga Bandung.

Dalam kesempatan itu, Emil juga memberi waktu bagi warganya menyampaikan semua keluh kesah. “Setelah salat tarawih, ngedengerin curhat warga, kan gitu,” ujarnya. Pria lulusan Universitas of California itu memanfaatkan momen curhat warga tersebut untuk mengetahui masalah-masalah di Kota Bandung.

Bulan Ramadan selalu menjadi tantangan tersendiri bagi Emil. Sebab, ia dituntut tetap menjaga kualitas kerja dan produktivitasnya meskipun sedang berpuasa. Bahkan, ia menuturkan, kuantitas pekerjaan yang harus dilakukan lebih banyak daripada di luar Ramadan. Terutama karena banyaknya permintaan sebagai penceramah. “Itu kadang sangat melelahkan juga dengan banyak omong,” katanya sambil terkekeh.

Emil mengatakan, selama Ramadan ini, ia menghabiskan 80 persen waktunya untuk berkegiatan di luar rumah. Padatnya jadwal membuat pejabat publik ini jarang berbuka puasa di rumah bersama keluarga.

Meski demikian, tugas sosial sebagai wali kota selama Ramadan tak ditanggung sendiri. Emil rupanya juga mengembankan tugas kepada istrinya, Atalia Praratya, untuk membantunya bersosialisasi dengan warga Bandung. Ia tak ingin membedakan tugas antara wali kota dan ibu wali kota.

Salah satu yang diembankan kepada istrinya adalah menggelar buka puasa bersama warga Bandung. “Ibu sekarang banyak buka puasanya berbagi ke warga-warga Kota Bandung,” tutur Emil. “Kami bagi-bagi tugas. Ibu bawa makanan, melongok orang-orang sakit saat menjelang buka.”

MAYA AYU PUSPITASARI