Nyekar Makam Orang Tua, Risma Bagi Angpau ke Petugas Kebersihan

Editor

Zed abidien

Wali kota Surabaya, Tri Rismaharani saat melakukan sidak terkait kelayakan fasilitas perkantoran dan kedisiplinan kerja pegawai di lingkungan sekitar perkantoran pemerintahan Kota Surabaya, Jawa Timur (31/12). TEMPO berkesempatan mengikuti aktivitas wali kota peraih nominasi wali kota terbaik dunia dari The City Mayors Foundation di tahun 2012. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Wali kota Surabaya, Tri Rismaharani saat melakukan sidak terkait kelayakan fasilitas perkantoran dan kedisiplinan kerja pegawai di lingkungan sekitar perkantoran pemerintahan Kota Surabaya, Jawa Timur (31/12). TEMPO berkesempatan mengikuti aktivitas wali kota peraih nominasi wali kota terbaik dunia dari The City Mayors Foundation di tahun 2012. TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Surabaya - Saat Idul Fitri, umat Islam biasanya mengunjungi sanak-saudara dan tetangga. Selain menikmati hidangan khas bersama keluarga, mereka berziara alias nyekar makam orang tua maupun kerabat yang telah meninggal dunia. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ialah salah satu masyarakat yang masih menjalankan kebiasaan tersebut.

Seusai salat Id di Taman Surya, Balai Kota Surabaya, Risma meluncur ke kompleks pemakaman keluarganya di Boto Putih, Tenggilis. Menggunakan mobil pribadinya, ia didampingi suaminya, Djoko Saptoadji. Sedangkan kedua anaknya, Fuad Bernardi dan Gayatri Gunarni, mengendarai mobil yang berbeda.

Selama perjalanan, Risma beberapa kali menghentikan laju mobilnya. Sedikitnya tiga kali mobilnya berhenti, lalu ia mengulurkan tangan untuk memberikan uang kepada petugas kebersihan jalanan. Pemberian "angpau" itu sempat membuat si petugas terbengong-bengong beberapa saat.

Mendekati kompleks pemakaman Boto Putih, Risma mendekati tukang sapu jalanan lainnya dan melakukan hal yang sama. Tak berapa lama setelah tiba di makam, Risma, yang mengenakan gamis berbahan sifon berwarna merah muda dan abu-abu, bergegas mendoakan satu per satu anggota keluarganya yang dimakamkan di sana.

Makam pertama yang ia doakan ialah milik ibunya, Siti Mudjiatun. Selama beberapa menit Risma khidmat bersimpuh di samping nisan makam itu. Ia lalu bergeser untuk mendoakan ayahnya, M. Chuzaini, lalu pamannya, Slamet Soeradipraja, serta kedua saudara laki-lakinya.

Risma mengatakan serangkaian acaranya selama Idul Fitri dari tahun ke tahun hampir tak berubah. “Ya, biasanya salat Id, lalu nyekar, terakhir open house di rumah dinas,” ujarnya kepada wartawan, Jumat, 17 Juli 2015.

Sebelumnya, Risma melaksanakan salat Idul Fitri bersama ribuan warga Surabaya di halaman Taman Surya Balai Kota. Salat Id yang diimami dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Ustad M. Rifai, dengan khotib mantan Rektor UIN Sunan Ampel, Profesor Doktor Ridwan Nasir, itu dimulai tepat pukul 06.05 WIB.

ARTIKA RACHMI FARMITA