Puasa ala Jusuf Kalla: Jangan Tidur Lama atau Malas Ngantor

Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama putrinya, Imelda Jusuf Kalla, berziarah di Makam kedua orang tuanya di TPU Islam Bontoala, Makassar, 16 Juni 2015.  TEMPO/Hariandi Hafid
Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama putrinya, Imelda Jusuf Kalla, berziarah di Makam kedua orang tuanya di TPU Islam Bontoala, Makassar, 16 Juni 2015. TEMPO/Hariandi Hafid

TEMPO.COJakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla punya cara tersendiri agar bisa menjalankan puasa dengan lancar. Intinya, kata dia, dalam menjalankan ibadah wajib tersebut, umat Islam diminta beraktivitas seperti biasa. 
‎‎
"Hiduplah seperti biasa saja. Jangan karena puasa terus tidurnya lebih lama atau malas ke kantor," ucap Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu, 17 Juni 2015. Pelajaran utama puasa adalah melatih diri menahan lapar dan hawa nafsu. 

Dia juga mengimbau masyarakat untuk tak membangunkan sahur terlalu awal. Sebab, ujar JK, kondisi saat ini sudah berubah. Peralatan memasak saat ini lebih canggih. Zaman dulu, tutur dia, masyarakat memang bangun untuk sahur lebih awal. Tujuannya, agar memiliki banyak waktu menyiapkan makanan. "Semua sekarang sudah lebih cepat, pakai gas, bukan tungku. Ada microwave, setengah jam juga matang," ujarnya.

Selain itu, kebanyakan orang saat ini sudah memiliki jam beker atau telepon genggam yang memiliki fasilitas alarm. Alasan inilah yang seharusnya membuat masyarakat tak lagi menggunakan kentongan atau pengeras suara masjid untuk membangunkan orang. 

JK mengatakan saat ini masih banyak masjid yang melantangkan bunyi ayat suci dengan tujuan membangunkan orang sahur. "Saya tak melarang Anda mengaji. Tapi, kalau bisa, ngaji saja, jangan pakai kaset. Nanti yang untung pedagang kasetnya,"‎ ujarnya.

Kalla juga mengucapkan selamat berpuasa kepada rakyat Indonesia. ‎"Semoga Ramadan memberikan berkah dan hidayah," tuturnya. 

‎Kementerian Agama sudah menetapkan awal bulan puasa pada Kamis, 18 Juni 2015. Penetapan itu berdasarkan pemantauan posisi hilal dan hasil sidang isbat yang dilakukan pada Selasa, 16 Juni 2015. 

Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan, berdasarkan ‎observasi astronomi, tak satu pun pemantau menyatakan adanya bulan baru. "Maka bulan Syakban digenapkan menjadi 30 hari. Dengan demikian, 1 Ramadan jatuh lusa, Kamis, 18 Juni 2015," kata Lukman saat melakukan konferensi pers di Kementerian Agama, Jakarta, Selasa lalu. ‎


FAIZ NASHRILLAH‎