Kunci Menentukan Awal Puasa Ramadhan

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Umat muslim menunaikan salat tarawih perdana awal Ramadhan 1444 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 22 Maret 2023. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Umat muslim menunaikan salat tarawih perdana awal Ramadhan 1444 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 22 Maret 2023. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang bulan puasa Ramadhan, umat muslim tinggal menghitung jari sambut bulan suci tersebut.

Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) RI telah susun kalender Hijriah Indonesia 2024. Yang berdasar kalender tersebut, awal bulan puasa atau 1 Ramadhan nantinya akan jatuh pada 12 Maret  2024.

Tak serupa dengan penganut  Muhammadiyah. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah meresmikan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Ahad 11 Maret 2024. Satu  hari lebih cepat dari yang sudah ditetapkan Kemenag.

Lantas bagaimana cara menentukan awal 1 Ramadhan? Melansir dari darulfatwa, kewajiban Ramadhan dilakukan saat melihat adanya hilal Ramadhan pada 29 Syaban atau sebelum bulan Ramadhan. 

Mengutip dari forbes, bulan ramadhan dimulai ketika bulan sabit pertama kali terlihat. Sementara negara dan budaya lain menggunakan tanggal dan waktu yang telah diketahui sebelumnya, seperti tanggal dan waktu bulan baru.

Menyadur dari independent.co waktu berpuasa umat Islam di dunia tidak sama. Sebab kalender Islam adalah kalender lunar, yang artinya tiap bulan dimulai dengan bulan astronomi baru. Kalender Islam tidak sama dengan kalender Masehi di Barat, sehingga Ramadhan terjadi sekitar 10 hari lebih awal tiap tahunnya.

Di Indonesia penentuan awal Ramadhan dapat ditentukan dengan dua cara. Ialah metode hisab atau perhitungan, dan metode rukyat yang berarti pengamatan. Indonesia sendiri mengadopsi kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura atau MABIMS.

MABIMS adalah kriteria penetapan awal puasa Ramadhan oleh empat negara, yang ditetapkan pada tahun 2022. Cara kerjanya memerhatikan unifikasi atau proses penyeragaman kalendeer Hijriyah. Dengan melihat pendapat fukaha atau ahli fiqih. Ialah rukyat global (hanafi, Maliki, Hambali) dan rukyat lokal (Syafi’iah).

Kriteria MABIMS dibangun atas dasar data rukyat atau pengamatan global jangka panjang, parameter yang digunakan dalam kriteria MABIMS adalah parameter yang biasa digunakan oleh para ahli hisab Indonesia, yaitu ketinggian hilal dan elongasi (jarak sudut bulan-matahari), parameter yang digunakan menjelaskan aspek fisis rukyatul hilal.

Dalam kriteria MABIMS , ketinggian minimal 3 derajat berdasarkan data global, elongasi minimal 6,4 derajat berdasarkan rekor elongasi bulan terdekat sama yang dilaporkan dalam makalah Mohammad Shawkat Odeh, dan kriteria baru MABIMS yang dibangun dengan data rukyat dan dianalisis secara hisab merupakan titik temu bagi pengguna metode rukyatul hilal seperti NU dan pengguna metode hisab seperti Muhammadiyah.

KHUMAR MAHENDRA | HAN REVANDA PUTRA
Pilihan editor: Pakar di UGM Tak Rekomendasikan Olahraga Pagi Saat Puasa, Ini Alasannya