Menunggu Berbuka Puasa di Alun-alun Malang

Satu keluarga asal Desa Talok, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, sedang bersiap melakukan buka puasa bersama di Alun-alun Merdeka Malang pada Ahad petang, 26 Maret 2023. TEMPO/Abdi Purmono.
Satu keluarga asal Desa Talok, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, sedang bersiap melakukan buka puasa bersama di Alun-alun Merdeka Malang pada Ahad petang, 26 Maret 2023. TEMPO/Abdi Purmono.

Lama-lama Belanda membiarkan alun-alun kota “dikuasai” kaum pribumi. Mereka lalu membangun alun-alun baru yang lokasinya persis di depan Balai Kota Malang sekarang. Alun-alun baru ini populer dengan sebutan Alun-alun Bundar.

Alun-alun baru dibangun di masa Malang sudah berstatus sebagai gemeente alias kotamadya per 1 April 1914. Status ini menandai pembangunan modern Kota Malang dan meninggalkan konsep pembangunan kota lama. 

Alun-alun baru masuk ke dalam delapan tahap rencana pembangunan (bouwplan) Kota Malang yang dikenal dengan nama JP Coen Plein pada 1922. Pada tahun inilah pusat pemerintahan kota dipindah dari alun-alun lama ke kawasan alun-alun baru yang bernama Alun-alun JP Coen—kini populer dengan sebutan Alun-alun Bundar. 

Nama rencana pembangunan kota ini diambil dari nama lengkap Jaan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Pernah berkuasa pada 21 Mei 1619 sampai 31 Januari 1623 dan 30 September 1627 hingga 21 September 1629, JP Coen dikenal sebagai pendiri Batavia dan VOC, kerajaan dagang Belanda di Hindia Timur. 

Desain alun-alun baru dikerjakan sejak 1917 sehingga Malang punya dua alun-alun. Lokasi kedua alun-alun terpisah jarak sekitar 700 meter ke arah timur laut. 

Pada tahun-tahun berikutnya, balai kota dibangun menghadap ke utara, berlatar Alun-alun Bundar. Saat cuaca sedang cerah, Gunung Semeru di timur, Gunung Kawi di barat, Gunung Arjuna di utara, bisa terlihat jelas dari lantai atas balai kota. 

Letak alun-alun baru yang segaris dengan pusat pemerintahan mengembalikan kekhasan konsep pembangunan alun-alun di Pulau Jawa. Hal ini berkat kepiawaian dan keberanian Herman Thomas Karsten, arsitek ternama Hindia Belanda yang anti-kolonialis. Belakangan, Karsten dikenal sebagai “bapak pembangun” Kota Malang, yang memadukan gaya arsitektur barat dan identitas lokal. 

Alun-alun baru kemudian banyak dipakai sebagai tempat penyelenggaraan beragam kegiatan sehingga alun-alun lama hanya jadi tempat bermain masyarakat setempat. Pada 17 Agustus 1946 mulai dibangun sebuah tugu sebagai monumen kemerdekaan. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Doel Arnowo dan disaksikan Wali Kota Malang M. Sardjono Wirjohardjono. 

Pada masa Agresi Militer Belanda pertama (21 Juli-5 Agustus 1947), Belanda mengubah fungsi Monumen Tugu Kemerdekaan pertama di Indonesia itu menjadi “tugu kolonialisme” dengan menaruh mahkota dan bendera Kerajaan Belanda di pucuk tugu. Lalu, Belanda menghancurkan Tugu Kemerdekaan pada 23 Desember 1948. 

Selanjutnya: Tugu Kemerdekaan dibangun kembali ...