Soal 1 Ramadan 1443, Kemenang Akui Ada Potensi Berbeda dengan Muhammadiyah

Reporter

Editor

Febriyan

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menggelar konferensi pers hasil Sidang Isbat 1 Syawal 1442 H di Kementerian Agama, Jakarta, Rabu 11 Mei 2021. Pada Sidang Isbat tersebut ditetapkan  1 Syawal 1442 H atau Hari Raya Idul Fitri 1442 pada 13 Mei 2021. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menggelar konferensi pers hasil Sidang Isbat 1 Syawal 1442 H di Kementerian Agama, Jakarta, Rabu 11 Mei 2021. Pada Sidang Isbat tersebut ditetapkan 1 Syawal 1442 H atau Hari Raya Idul Fitri 1442 pada 13 Mei 2021. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag), Adib mengakui ada potensi terjadinya perbedaan penetapan 1 Ramadan 1443 Hijriah antara pemerintah dan Muhammadiyah tahun ini. Adib pun mengajak masyarakat tak mempermasalahkan hal ini.

Adib mengatakan bahwa pemerintah akan mengumumkan penetapan 1 Ramadhan 1443 setelah sidang isbat pada Jumat 1 April 202s besok.

“Kita tunggu hasil Sidang Isbat,” ujar Adib lewat keterangan tertulis, Kamis, 31 Maret 2022.

Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN sebelumnya memprediksi awal Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada 3 April 2022. Sementara Muhammadiyah telah mengumumkan ketetapan awal Ramadan jatuh pada 2 April 2022.

Adib mengaku bahwa potensi perbedaan memang ada. Sebelumnya, juga pernah terjadi perbedaan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Hal itu, menurutnya, bisa terjadi karena perbedaan metode penetapan. Muhammadiyah menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal, sementara Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode Imkanur-Rukyatul Hilal.

Kedua metode ini akan dipertimbangkan dalam sidang isbat yang digelar pemerintah. Adib pun meminta masyarakat saling menghormati meskipun nantinya terjadi perbedaan.

“Jika pun ada beda awal Ramadan, sudah semestinya kita mengedepankan sikap saling menghormati agar tidak mengurangi kekhusyu’an dalam menjalani ibadah puasa,” tuturnya.

Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag, Ismail Fahmi menjelaskan, berdasarkan perhitungan mereka dengan metode Hisab Wujudul Hilal, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit pada 1 April 2022.

Sementara Kemenag, sebagaimana fatwa MUI, menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah berdasarkan metode hisab dan rukyat. Hasil perhitungan astronomi atau hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode rukyat (pemantauan di lapangan).

“Posisi hilal pada kisaran 1 sampai 2 derajat ini cukup krusial dalam konteks rukyat atau pemantauan. Apalagi, kriteria baru yang disepakati MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), awal bulan masuk jika posisi hilal saat matahari terbenam sudah 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dalam konteks inilah ada potensi perbedaan awal Ramadan,” ujar dia.

Sidang Isbat akan menunggu laporan hasil pemantauan hilal, apakah ada yang melihat hilal atau tidak. Selanjutnya, peserta sidang akan bermusyawah untuk menentukan 1 Ramadhan 1443 H.